Pneumatologi

Kita mengetahui bahwa ada gerakan yang membangun doktrin ke-Allahan yang Father Oriented (hanya Allah Bapa), dan tidak memberi tempat yang tepat kepada peranan Anak dan Roh Kudus. Begitu pula ada yang membangun ajarannya “Yesus Oriented” (hanya Anak), sedangkan yang lain menekankan ajaran “Spirit Oriented” (penekanan pada pekerjaan Roh Kudus yang berlebihan). Father Oriented, yaitu ajaran yang hanya mengakui keberadaan Bapa dan menolak ke-ilahian Yesus dan Roh Kudus, jelaslah ajaran ini menolak semua bentuk supranatural dari Alkitab. Mereka terperangkap kepada normatif logika. Sebaliknya bagi yang Yesus Oriented, ajaran yang menekankan hanya pada Yesus (banyak di Amerika), menolak peranan Bapa dan Roh Kudus. Kelihatannya baik namun hakekat ajaran ini adalah sesat. Demikian pula adanya gerakan yang terlalu berorientasi kepada pekerjaan Roh Kudus dan melupakan hubungan yang harmonis dari masing-masing fungsional dalam lembaga Trinitas. Perintah Firman Allah yang menjadi kaidah, normatif dan azas iman menjadi nomor dua. Penekanan karunia-karunia yang berlebihan bisa mengakibatkan penyimpangan dan kesesatan. Lebih percaya nubuatan dari Firman Allah, penglihatan lebih otoritas dari Firman tertulis (Neo Pantekosta). Ketiga golongan ini termasuk sekte yaitu bidat yang perlu dihindari. Firman Allah begitu terang menjelaskan tentang apa dan bagaimana fungsional masing-masing oknum dalam lembaga Trinitas. 

Fungsional Allah Bapa dalam Trinitas 

Dalam lembaga Trinitas ke-Allahan, kedudukan Bapa sebagai kepala lembaga. Dia kepala pemerintahan lembaga sorgawi. Bapalah yang merencanakan dan menetapkan segala rencana program ilahi, baik dalam penciptaan, ke-paripurnaan rencana ilahi lainnya dan terutama dalam rencana keselamatan umat manusia yang telah jatuh dalam dosa. Dimana rencana keselamatan tersebut ditetapkan dalam Allah Yesus Kristus (Efesus 1:3-4). 

Allah Bapa tidak berwujud, Dia tetap di dalam hakekat Allah yang Roh adanya. Walaupun dalam Perjanjian Lama, Bapa sering menampakkan diri dalam wujud manusia (Theofani), Kejadian 18:1-2. Allah Anak dan Allah Roh Kudus tunduk kepada semua ketetapan Bapa. Anak dan Roh Kudus taat dibawah otorisasi Bapa. Yohanes 5:37, Yohanes 14:28, Yohanes 15:1, 1 Yohanes 4:14, Wahyu 3:5. Firman Allah tersebut menunjukkan bahwa Bapa adalah kepala lembaga Trinitas. Allah kita yang Trinitas, walaupun masing-masing sebagai oknum atau pribadi tetapi ketiganya selalu dalam kebersamaan yang tidak dapat dipisahkan (Inseparably Position). Disinilah terletak salah satu keunikan ajaran Tritunggal, yaitu bahwa ketiganya masing-masing adalah oknum, tetapi tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Walaupun mempunyai dispensasi otoritas waktu yang berbeda tetapi pada hakekatnya mereka selalu bersama (Yohanes 10:30, 38). 

Di atas telah diuraikan tentang kedudukan Allah Bapa dalam Trinitas, serta hakekat keberadaanNya, maka fungsional Bapa dalam Trinitas dapat diuraikan sebagai berikut; di dalam Allah Bapa adalah terletak totalitas (Keparipurnaan) dari Allah yang memerintah, merencanakan serta menetapkan segala program lembaga Tri-Tunggal. Contoh: Dalam Kejadian 1:1-3, inisiatif perencanaan dari Bapa, Roh Allah melayang-layang dan berfirmanlah Allah. Terlihat jelas keterlibatan langsung ke-Tritunggalan dalam penciptaan. Hanya harus diingat bahwa awal atau subyek penciptaan datang dari Allah Bapa sesuai fungsional hakekatnya. Itulah yang dimaksud dengan “Totalitas” keterlibatan. 

Fungsional Allah Anak dalam Trinitas 

Tidak seorangpun mampu mengenal Allah kalau bukan karena Yesus yang sudah menyatakan diriNya. Yesus (Firman) Anak Allah sudah menjadi manusia (bahasa asli daging). Dia telah meninggalkan hakekatNya sebagai Roh. “Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa penuh kasih karunia dan kebenaran”. Yohanes 1:14. 

Apabila Anak Allah tidak menjadi manusia maka tidak seorangpun mampu mengenal Allah, karena sangat abstrak dan tidak berwujud sebab Roh adanya. Kedatangan Yesus sebagai Anak dan mengambil wujud manusia (daging). Dia tidak sekedar berwujud manusia tetapi Daya Psikologis, mental dan moral manusia ada kepadaNya. Dia merasa lapar bila tidak makan, Dia merasa tersiksa bila dianiaya, Dia terhina bila dihina. Memang Yesus menjadi manusia sejati. Satu-satunya yang berbeda dengan manusia biasa yaitu, bahwa Yesus tidak memiliki kecacatan moral (1 Petrus 1:19). Posisi Yesus sebagai manusia tidak mempunyai kecacatan moral dan dosa, karena Dia adalah manusia yang bukan keturunan daging tetapi lahir oleh Roh Kudus. Allah yang tidak kelihatan telah menjadi nyata di dalam Yesus. 

Leave a Reply