Cara Roh Kudus Bekerja
Pada saat kejatuhan manusia menjadi mati rohani. Roh Allah meninggalkan manusia yaitu perpisahan Roh Allah dengan roh manusia. Manusia menjadi mati rohani dan tidak mampu lagi bersekutu dengan Allah. Perhatikanlah, bahwa roh manusia punya kewajiban untuk menyembah. Kalaupun manusia mati rohani yaitu orang-orang yang belum bertobat dan lahir baru, namun dikarenakan mereka mempunyai roh maka tetap ada unsur penyembahan walaupun bukan kepada Allah. Orang-orang animisme, suku terpencil mereka menyembah batu besar, ataupun pohon besar yang dianggap didalamnya ada kuasa gaib sebagai bukti bahwa memang manusia adalah makhluk roh dan memerlukan sesuatu untuk disembah. Inilah tugas Gereja supaya mengembalikan manusia kepada Roh yang benar dan daapt menyembah Allah yang benar.
Ketika manusia percaya dan bertobat mengalami kelahiran baru, karena roh manusia (hati) tersentuh oleh Firman yang diurapi oleh Roh Allah, Roh Allah itulah yang memberi keinsyafan akan dosa. Roh manusia yang tadinya telah mati, sekarang dihidupkan kembali oleh Roh Kudus dan mulai menyembah Allah. Ketika dipenuhkan oleh Roh Kudus maka Roh Allah tinggal dalam hati (roh) manusia dan mulai berperan langsung dari dalam hati kita membimbing kita supaya melakukan kehendakNya yaitu Firman Allah (Roma 8:16, Galatia 4:6).
Ada ajaran yang tidak memisahkan jiwa dan roh keduanya disamakan arti menjadi nyawa hidup atau jiwa saja bahwa manusia hanya terdiri dari dua unsur tubuh dan jiwa atau tubuh dan nyawa hidup. Ajaran tersebut menolak bahwa manusia terdiri dari tiga unsur. Namun ajaran bahwa manusia hanya terdiri dari dua unsur sukar diterima karena bukti Alkitab bahwa jiwa dan roh dapat dipisahkan (Ibrani 4:12). Begitu pula ajaran manusia hanya tubuh dan jiwa tidak memberi tempat yang jelas kepada peranan oknum Roh Kudus dalam diri manusia.
Teori Dikhtoni (manusia hanya tubuh dan jiwa), banyak dianut oleh Gereja yang berfaham Liberalisme atau Rationalisme. Memang ajaran itu didasarkan oleh beberapa fakta Alkitab terutama dalam Perjanjian Lama. Tetapi jangan lupa bahwa Perjanjian Lama belum memperkenalkan secara jelas tentang oknum dan pekerjaan Roh Kudus. Hal ini telah dijelaskan pada bagian awal buku ini, terkait dengan “monoteisme” Israel.
Tetapi dalam Perjanjian Baru bahwa manusia adalah Tubuh dan Jiwa dan Roh disebutkan secara jelas, Matius 10:28, “dan jangan kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi tak berkuasa membunuh jiwa . . .”, 1 Korintus 5:5, “. . . agar rohnya terselamatkan pada hari Tuhan”. Dengan ayat-ayat tersebut sebaai bukti bahwa manusia itu terdiri dari tiga unsur : tubuh, jiwa dan roh.
Jiwa dan roh manusia adalah bagian manusia yang kekal (baca : Matius 16:26, 1 Korintus 5:5) sebenarnya manusia sesungguhnya adalah manusia rohani. Karena rohani inilah yang kekal, sedangkan tubuh manusia bersifat sementara yang berakhir tatkala manusia mati. Firman Allah berkata bahwa umur manusia adalah tujuh puluh tahun dan dapat mencapai delapan puluh tahun (Mazmur 90). Karena itu, masalah jiwa dan roh yang menyangkut keselamatan manusia harus menjadi tempat prioritas utama dalam hidup.
Sebelum lahir baru manusia tidak akan mengerti perkara-perkara rohani karena pikiran dan hatinya tertutup kepada hal-hal rohani. Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Allah dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani (1 Korintus 2:14).
Kekuatan pikiran, perasaan dan kehendak tidak sanggup mengenalAllah bila hati kita belum disentuh atau diterangi oleh Roh Kudus (Efesus 1:13). Melalui sentuhan Roh Kudus dan bimbinganNya yang menghidupkan roh yang telah mati, menyebabkan hati kita diberi dimensi rohani yang pada gilirannya dari hati kita mengalirlah Roh iluminasi yang memberi keterangan dan penjelasan lebih lanjut kepada pikiran. Pada saat itu akal kita diterangi oleh Roh Kudus dan mempunyai kemampuan rohani untuk mengerti dan mempertimbangkan kemudian mengambil keputusan. Semuanya dapat terjadi oleh bimbingan Roh Kudus. Selaput mata duniawi menjadi luruh dan sekarang pikiran dapat mengecapi hal-hal berdimensi rohani. Keselamatan, bukan keputusan fisik atau duniawi tetapi keputusan rohani (Roma 12:2).
Karena di dalam jiwa manusia terletak unsur akal atau pikiran dan kehendak maka kapasitas mengambil keputusan setiap saat ada terletak pada jiwa manusia. Bagaimana manusia berpikir begitulah dia mengambil keputusan, apabila pikiran kita menjadi pikiran rohani dikuasai oleh peranan Roh Kudus yang dari hati manusia itu menjadi sumber pertumbuhan rohani dari hari ke sehari. Pertumbuhan rohani selalu melalui keputusan-keputusan rohani setiap saat. Iblis atau setan juga ingin merebut jiwa kita supaya pikiran kita menjadi gelap dan tertutup kepada hal-hal rohani. Perhatikan bagan berikut bagaimana terjadi medan perebutan merebut untuk menguasai jiwa kita. Karena disitulah terjadi keputusan-keputusan etis manusia yang mengisi kehidupan ini.