Masa kini begitu menjamurnya seminar-seminar Alkitab. Tapi sayang, kebanyakan masih bersifat argumentasi keabsahan Alkitab, kebanyakan seminar masih dalam tingkat apolegetika yang ingin membuktikan terlebih dahulu benarkah paragraf tertentu adalah kanon Firman Allah. Waktu kita hanya habis tersita bukan dengan tujuan memuliakan Tuhan dengan segala kemuliaanNya, tetapi habis berlalu dalam debat untuk diterimanya kebenaran Firman tertentu sebagai kanon Firman. Kita kembali mencurigai ketetapan Roh Kudus tentang Alkitab adalah Firman Allah, dimana Roh Kudus telah membela kanon Alkitab sepanjang zaman kita melupakannya.
Pertumbuhan rohani dimungkinkah terjadi apabila Gereja menerima bahwa Alkitab adalah Firman Allah. Memang telah terjadi perubahan sikap terhadap Alkitab setelah abad 17 sampai abad ke 19 ketika di Eropa yang menjadi pusat dunia pada waktu itu mengalami satu masa revolusi ilmu pengetahuan kita kenal dengan istilah masa Enlightment atau pencerahan. Pada waktu itu terjadi suatu kemajuan pesat di bidang filsafat yang ditandai dengan terjadinya penemuan-penemuan baru dibidang ilmu pengetahuan. Begitu banyak awal dari satu teknologi yang dilahirkan pada waktu itu. Demikian pula bersamaan dengan revolusi industri yang melanda Eropa pada waktu bersamaan dampaknya terasa dalam bidang teologia. Lahirlah gerakan Liberal, Rationalisme, Empirisme, Materialistik, Idealisme, kesemuanya menambah kritiks dan serangan kepada Alkitab sebagai Firman Allah.
Dari satu sisi, kemajuan ilmu pengetahuan yang melahirkan kemampuan berpikir dan melahirkan penemuan-penemuan baru, bertumbuhnya dengan pesat pemikiran-pemikiran filsafat kesemuanya diakui merupakan cikal bakal kemanjuan ilmu pengetahuan yang menghasilkan konsekuensi logis yaitu pemikiran yang kritis melanda Gereja. Sekarang lahirlah satu kecenderungan untuk melihat Alkitab juga harus berdasar kaidah atau normatif logika yang rasionalis. Sehingga iman Kristen yang sebelumnya percaya kanon Alkitab sebagai Firman Allah mulai mendapat tantangan. Segala sesuatu harus melalui pencernaan dan pembenaran akal manusia. Iman Kristen harus difilter melalui pembenaran akal budi. Lahirlah gerakan tersebut diatas yang menolak semua bentuk supranatural dalam iman Kristen. Bahkan sebagian besar Gereja Tuhan dan teolog pada masa itu terperangkap dan juga ikut menolak otorisasi Alkitab sebagai Firman Allah sepenuhnya.
Sebagaimana kami telah uraikan diatas bahwa bukanlah manusia yang membela Alkitab sebagai otoritas Firman Allah sepenuhnya melainkan Roh Kudus. Bagaimana berlaku pada awal pertama sehingga semua Bapa-bapa Gereja mampu sepakat menerima ke 66 buku dalam Alkitab sebaai Firman Allah oleh pekerjaan Roh Kudus, demikian juga Roh Kudus membela Alkitab yang adalah Firman Allah dari serangan Liberalisme, Rationalisme, Modernisme. Khususnya, dimulai pada awal abad ke 20. Roh Kudus sangat berperan melahirkan gerakan Pantekosta dan aliran Injil sepenuh lainnya, dan lahirnya teolog-teolog Injil sepenuh dengan sikap bahwa iman Kristen harus menerima dan percaya “otorisasi” Alkitab sebagai Firman Allah.
Menutup bagian ini menjadi prasyarat utama untuk Gereja dapat bertumbuh dalam pertumbuhan rohani yang dinamis Gereja menemukan karakter Kristus, yaitu kepenuhan Kristus yaitu pewujudan Firman dalam kehidupan orang percaya Gereja harus beriman bahwa Alkitab adalah Firman Allah.