4. Hati yang taat, mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup merupakan wujud dari yang taat. Allah bukan melihat apa yang kita berikan atau korbankan kepada Dia, tetapi dasar hati sebagai pokok untuk berkorban. Allah mengenal sampai kedalaman hati kita, kepada siapaka Allah akan memberi karunia yang besar itu yaitu rohNya sendiri yaitu kepada semua yang taat kepada Dia (Kisah Para Rasul 5:32). Allah bertempat tinggal di Sorga, tetapi Dia akan tinggal dihati yang hancur (Yesaya 57:15). Ketaatan dan takluk kepada ketentuan-ketentuan firmanNya harus dipenuhi sebelum dipenuhkan oleh Roh Kudus.
5. Memelihara Kekudusan hidup, dipenuhkan oleh Roh Kudus, berarti datangnya Allah bertempat tinggal didalam diri kita. Dia menjadikan tubuh kita menjadi Bait Allah yaitu tempat kediamanNya. Orang percaya yang telah lahir baru berarti telah disucikan oleh darah Kristus. Kita telah mengalami pengampunan dosa dan didamaikan dengan Allah (Kolose 1:20-21).
Salah satu hakekat Allah yaitu “kekudusan”. Hendaklah kamu kudus sebab Aku kudus adanya. Kekudusan berarti satu kehidupan yang telah dibentuk oleh Allah untuk membenci dosa. Pada saat kita percaya dan lahir baru maka kita telah disucikan dari dosa-dosa kita. Pertahankanlah kesucian itu. Karena itu sebaai satu syarat untuk didiami oleh Allah. Kekudusan Allah adalah syarat untuk dipenuhkan oleh Roh Kudus (1 Petrus 13:16).
Waspada Ajaran Keliru
Kita harus mengidentifikasi tentang adanya ajaran yang tidak sedikitpun memberi peranan kepada manusia ciptaan menurut “gambar” Allah dalam dinamika keselamatan. Mereka menaruh manusia pihak “kerusakan total” akitbat dosa dan kehilangan kesanggupan total. Ternyata keseluruhan pelajaran tersebut juga tidak memberi peranan kepada manusia yang telah lahir baru yang memiliki kesanggupan rohani setelah percaya (Efesus 1:13), sehingga keselamatan hanya dari pihak Allah semata tanpa melihat apakah manusia percaya itu bertumbuh rohani atau tidak. Ajaran itu kelihatan baik karena melihat Allah adalah segala-galanya. Namun, tidak bisa ditolak ajaran itu menjadikan hakekat manusia hanya seperti robot, tidak mempunyai pertanggung-jawaban sama sekali dalam keselamatan. Peranan Roh Kudus yang mampu menjadikan manusia bersifat rohani bahkan menjadi manusia Allah (1 Timotius 6:11) sehingga harus bertanggung-jawab sangat diabaikan. Keselamatan menurut ajaran ini tidak memperhitungkan kondisi moral. Sekali selamat pasti selamat selamanya.
Kita jangan menempatkan kekudusan atau kesucian sebagai syarat, itu berarti menyalahi bahwa keselamatan hanya oleh kasih karunia Allah, ajaran ini tidak memberi syarat satupun dipihak manusia asal kita percaya termasuk pilihan Allah, kondisi lainnya tidak perlu diperhitungkan. Kita tidak perlu berusaha hidup kudus karena bukan itulah prasyarat Allah. Dengan demikian upaya dan usaha untuk dipenuhkan tidak dibutuhkan secara otomatis dikaruniakan Allah tanpa sedikitpun melihat persiapan rohani orang percaya (Unconditional Election). Karena itu, begitu banyak orang percaya tidak menempatkan ajaran dibaptis Roh Kudus sebagai satu kebutuhan.
Begitu pula ada ajaran lain lagi yang mengajarkan bahwa kita tidak perlu hidup kuuds karena kita tidak sanggup berbuat itu. Justru tugas itu ada pada Roh Kudus, dalam syarat yang tidak kudus mereka menanti Roh Kudus, supaya dapat menuntun mereka kepada kekudusan. Jadi, dalam kehidupan yang tidak kudus mereka menanti Roh Kudus akan datang memenuhi supaya mengkuduskan mereka. Pendapat itu sangat keliru.
Manusia telah jatuh ke dalam dosa dan menjadi manusia daging. Itulah sebabnya kita memerlukan kelahiran baru. Pada waktu kita percaya oleh Roh Kudus manusia dilahirkan baru dan disucikan oleh darah Kristus. Tingkat penyucian oleh darah Kristus pada saat percaya dan lahir baru dimensinya sampai kedalam hati nurani. Sebagai syarat untuk bisa beribadah kepadaNya (Ibrani 9:14). Pada waktu kita percaya oleh Roh Kudus dilahirkan baru saat itu dikuduskan oleh darah Yesus Kristus.
Kekudusan yang diperoleh orang percaya pada saat lahir baru yang dikerjakan oleh darah Kristus, menjadikan dibenarkan oleh Allah dan mempunyai kesanggupan untuk memelihara kekudusan itu. Mata rohani telah terbuka dan dapat membedakan yang baik dan jahat. Apabila kita berkata bahwa kita belum kudus pada saat lahir baru berarti kita mengkecilkan kemampuan darah Kristus yang mengkuduskan sampai kedalam hati nurani (Ibrani 9:13-14). Yang kita butuhkan adalah untuk tidak berbuat dosa lagi dan memelihara kondisi kelahiran baru yang telah diperoleh pada saat percaya (II Korintus 5:17). Hanya orang yang telah lahir barulah yang akan dibaptis atau dipenuhkan oleh Roh Kudus.
Karena itu, kita harus menjaga ajaran yang sehat supaya anugrah baptisan menjadi bagian kita. Kita harus menyucikan kehidupan untuk dipakai oleh Roh Kudus selanjutnya menjadi alat yang ajaib di tangan Tuhan. Dipenuhkan adalah karunia ajaib bagi orang percaya. Bila kita dipenuhkan berarti kita mulai bergerak dalam semua rencana ilahi bagikita dan mulai melihat manifestasi kemuliaan Allah. Saya bisa memberi ilustrasi sebagai berikut, pada saat kita percaya dan lahir baru berarti kita berhasil memasuki pintu gerbang kerajaanNya dan mampu melihat kemuliaan didalam kerajaan itu tetapi hanya terbatas kepada melihat belum mampu merealisasi atau memilikinya. Namun, pada waktu kita dipenuhkan, kita mulai bererak dan mulai menikmati secara nyata satu demi satu apa yang telah kita lihat dari pintu gerbang tadi. Kita menikmati seluruh fasilitas kerjaan itu Alkitab dengan segala perjanjianNya tidak menjadi fatamorgana menjadikan Gereja lelah dan lesu mengetahui perjanjian ilahi tetapi tidak pernah menikmati. Gereja dipenuhkan Roh Kudus akan menikmati semua kemuliaan perjanjian ilahi (Yesaya 61-1-2). “Oleh karena Sion aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem aku tidak tinggal tenang, sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti suluh. Maka bangsa-bangsa akan melihat kebenaranmu dan semua raja akan melihat kemuliaanmu, dan orang menyebut engkau dengan nama baru yang akan ditentukan oleh Tuhan sendiri.