Sikap Rohani Sebagai Syarat Supaya Dipenuhkan atau Dibaptis oleh Roh Kudus
Roh Kudus bukan sekedar anugrah dari Allah tetapi Dia adalah Oknum Allah sendiri. Bagaimana sikap kita seandainya Allah mewujudkan diri dan datang kepada kita. Sudah tentu kita akan menyambut Dia dengan sikap yang sangat berbeda. Karena Dia datang dengan mengambil wujud manusia. Kita pasti akan menyanjung dan memuja Dia. Kita akan berusaha menyenangkan Dia.
Contoh di atas hanya satu perbandingan bagaimana sebagian besar umat Kristen telah lalai menyambut Roh Kudus sebagai satu Oknum. Kita hanya menyukai kuasaNya, pemberianNya lebih dari Oknum itu sendiri. Menjadi kunci rahasia kehadiranNya harus menyambut Dia sabagai satu Pribadi. Gereja harus menempatkan Oknumnya melebihi karunia dan pekerjaanNya. Kita berusaha mengerti kehendakNya, pikiranNya dan perasaanNya, sehingga Ia berkenan. “Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan” (Efesus 5:17).
Gereja hanya berdoa, memohon pemberianNya, penjagaanNya, karuniaNya dstnya. Kita selalu melupakan untuk memuja pribadiNya. Padahal kunci kemuliaanNya terletak kepada bagaimana kita menyenangkan pribadiNya. Ketika Martha dan Maria dikunjungi oleh TuhanYesus terjadilah bahwa Yesus lebih menghargai Maria lebih daripada Martha. Sebabnya, Maria lebih memperhatikan Pribadi Yesus dengan duduk di kakiNya mendengar perkataan-perkataanNya. Yesus menegur Martha dengan berkata bahwa Maria telah memilih bagian yang terbaik (Lukas 10:38-42). Begitulah sikap yang positif untuk dapat mengambil hati pribadi Roh Kudus, sehingga kerinduan orang percaya untuk dipenuhkan tidak relatif terlalu lama. Selanjutnya, beberapa syarat rohani kami tampilkan supaya atau menjadi syarat dipenuhkan oleh Roh Kudus.
1. Merasa Berdahaga. Sebagaimana seorang yang dahaga dan sangat membutuhkan air untuk diminum. Sikap ini adalah sikap bahwa sangat membutuhkan air untuk diminum. Roh Kudus tidak akan memenuhi apabila kita tidak mempunyai perasaan kebutuhan. Apabila kita membutuhkan sesuatu pasti kita akan berusaha. Dan Roh Kudus mengerti kebutuhan kita. “Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan berseru: “Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepadaKu dan minum. Barangsiapa percaya seperti yang dikatakan Alkitab, dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air yang hidup”. (Yohanes 7:37-38).
2. Memuliakan Dia. Sebagai Oknum Allah, Roh Kudus mempunayai karakter sama seperti Bapa dan Yesus Kristus. Kita harus hadapi Roh Kudus sebagaimana Dia pribadi adanya. Muliakan Dia, serta menghormati dan menyembah kepadaNya. Ingat ! Sebagai Oknum Allah Dia memiliki intelek, kehendak dan perasaan. Ketika ciri yang ada kepadaNya menjadikan Dia satu Pribadi yang harus dimengerti. Kita harus berusaha menyentuh PribadiNya karena Dialah yang mempunyai otoritas didalam kehendakNya untuk memenuhi seseorang atau tidak. Kehidupan yang banyak pujian, ucapan syukur dan doa bisa menyentuh hatiNya. Kalau Firman Allah berkata bahwa jangan dukakan Roh Kudus, itu berarti bahwa menyenangkan pribadi Roh Kudus sebagai syarat untuk Dia mengasihi kita. Masuklah dalam satu kehidupan yang melimpah dengan pujian, ucapan syukur yang menyenangkan Dia (Efesus 4:30, Ibrani 13:15). Berdoalah selalu untuk meminta kepadaNya (Lukas 11:13).
3. Bertekun dan Bersehati. Para rasul berkumpul dikamar loteng Yerusalem, mereka bertekun dan bersehati menantikan janji Bapa. Sikap bertekun dan bersehati adalah sikap yang menyenangkan Allah dan diperintahkanNya harus dilakukan. Maksud ayat untuk bertekun dan bersehati (Kisah Para Rasul 1:4), mengandung pengertian :
Kesetiaan beribadah, kerinduan untuk dipenuhkan harus disertai fakta kecintaan mendengar Firman Allah. Mereka berkumpul sebagaimana kehendakNya juga untuk mendengar Firman Allah. Sebab melalui mendengar FirmanNya terbitlah iman. Iman menjadi kunci utama juga untuk dapat dipenuhkan oleh Roh Kudus. Tuhan tidak menghendaki orang percaya untuk meninggalkan ibadah. Bila kita berkumpul untuk berbakti kepadaNya untuk berbakti itu menarik hadiratNya (Ibrani 10:25). Dimana orang percaya bersehati Yesus didalam Roh Kudus berada ditengah-tengah mereka.
Kesetiaan berkorban, orang percaya tidak hidup bagi dirinya sendiri tetapi bagi Dia yang mati untuk menyelamatkan isi dunia. Apa yang Yesus telah lakukan harus dicontohi oleh orang percaya. Kita harus melakukan kewajiban kita untuk berkorban. Memberi sebagian yang ada pada kita bagi pekerjaan Tuhan. Perbuatan itu bisa menyentuh pribadi Roh Kudus (II Korintus 5:15).