Apabila berbicara tentang Roh Kudus, sudah tentu tidak dapat terlepas dari Gereja Tuhan, sebab gereja dan Roh Kudus bagaikan rumah dan penghuninya. Bukanlah rumah dalam arti yang benar bila tidak ada penghuninya. Demikianlah tentang gereja Tuhan, bukanlah gereja dalam arti yang sesungguhnya tanpa peranan oknum Roh Kudus. Gereja tanpa Roh Kudus adalah sama nilainya dengan lembaga organisasi sosial masyarakat biasa. Gereja bukanlah lembaga dimensi dunia tetapi adalah tubuh Kristus sebagai lembaga ilahi menjadi sarana Yesus Kristus kepala Gereja menyalurkan perkara rohani yaitu kehendak ilahi (Efesus 1:22-23).
Kematian Yesus Kristus sebagai penebusan dosa isi dunia adalah kasih karunia yang terdalam dari Allah sesungguhnya kasih karunia itu tidak dapat dipahami oleh akal manusia. Sehingga tidaklah mungkin manusia mampu mengenal dan mengerti anugrah kemurahan yang terbesar dari Allah. Roh Kuduslah yang memberi kemampuan sehingga dunia dapat mengerti dan mengenal perbuatan supranatural tersebut (1 Korintus 12:10-12). Tanpa peranan pekerjaan Roh Kudus sesungguhnya tidak seorangpun akan mampu mengenal dan percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat. Kematian Tuhan Yesus di kayu salib tidak dipahami oleh orang Yahudi sehingga penyembelihan binatang berjalan terus. Kematian Yesus Kristus sebagai domba sembelihan untuk tebusan dosa isi dunia menjadi tidak berfaedah apabila tidak ada peranan pekerjaan Roh Kudus (1 Korintus 12:3, Yohanes 16:7-8).
Dalam Kisah Para Rasul pasal 2, Roh Kudus telah dicurahkan ke atas bumi dan mendiami GerejaNya, yaitu orang-orang percaya yang membuka diri bagi oknum ketiga dari Allah dan pada saat itu orang-orang percaya resmi menjadi gereja Tuhan atau tubuh Kristus. Roh Kuduslah yang menjadi kriteria untuk menjadi satu Gereja yang hidup. Sehingga Gereja selain dimensi organisasi juga berdimensi organisme tubuh Kristus (Efesus 1:22-23). Dan sejak kenaikan Kristus ke Sorga dan dicurahkannya oknum Roh Kudus dan membaptis serta memenuhi murid-murid di kamar loteng Yerusalem sampai kepada kedatangan Yesus Kristus kedua kali, gereja telah berada dibawah otorisasi Roh Kudus. Karena itu semua kemuliaan perjanjianNya tergantung bagaimana Gereja Tuhan membuka diri ke dalam intervensi oknum dan pekerjaan Roh Kudus (baca Yohanes 16:7). Disitu dikatakan bahwa betapa pentingnya kenaikan Yesus Kristus ke Sorga supaya Roh Kudus dapat datang ke atas muka bumi. “Namun benar yang Kukatakan kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu supaya Aku pergi, sebab jika Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu; tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.”
Apabila kita merenungkan perkataan Tuhan Yesus tadi, tentang lebih berfaedah jikalau Yesus pergi ke Sorga supaya Roh Kudus itu diutusNya ke muka bumi. Pernyataan tersebut mengandung perenungan teologis, bahwa kehadiran oknum serta pekerjaan Roh Kudus lebih berfaedah bagi orang percaya daripada kehadiran Yesus terus menerus di muka bumi. Salah satu kefaedahan telah diuraikan di atas bahwa Roh Kuduslah yang memberi kesanggupan illahi sehingga manusia dapat terbuka hatinya untuk mengenal dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat isi dunia (1 Korintus 2:10-12). Kefaedahan utama lainnya kita akan menemukan dalam uraian selanjutnya.
Karena Roh Kudus menjadi ukuran atau nilai kemuliaan keberadaan Gereja maka ajaran tentang Roh Kudus menjadi begitu menarik dan menjadi pokok utama dalam ajaran iman Kristen. Tidak heran terjadinya begitu banyak interpretasi/tafsiran yang berbeda tentang dasar-dasar ajaran tentang oknum dan pekerjaan Roh Kudus. Ada banyak yang membangun ajaran tentang oknum peranan Roh Kudus setuju dengan penyataan-penyataan langsung dari Alkitab namun tidak Pneumatologis. Karena tidak mempu memberi jawaban tentang hakekat atau substensi dari ajaran yang dibangun. Sedangkan yang lain terlalu Pneumatologis, sehingga mengabaikan banyak penyataan langsung yang ditulis oleh Alkitab. Sehingga juga tidak dapat memberi jawaban atas penyataan yang sangat praktis tertulis dalam Alkitab. Kekeliruan yang terbesar adalah bila Gereja tidak membuka diri terhadap kenyataan bahwa Roh Kudus sedang membuka diriNya seluasnya sekarang ini. Gereja tidak boleh membangun doktrin yang berorientasi kepada konsep organisasi Gereja sendiri (Denominatis doctrin oriented), tetapi harus terbuka dan berorientasi kepada Firman Allah (Bible Oriented Doctrin). Kita harus mengakui bahwa begitu bayak kemiskinan rohani disebabkan oleh kekeliruan doktrin. Kesehatan ajaran merupakan syarat mutlak Gereja menuju kepada kesempurnaan (Efesus 4:11-15).