Filipi 2:5, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”. Roma 12:2, “Janganlah kamu serupa dengan dunia ini, tetapi berobahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”.
Tuhan meminta supaya kita dapat memiliki pikiran dan perasaan yang ada kepada Yesus Kristus. Maksudnya, supaya kita mendapat satu pembaharuan akal-budi, bagaimana hal tersebut dapat terjadi yaitu, kita harus memberi diri untuk taat dibawah bimbingan Roh Kudus. Sehingga kita dapat memiliki sifat Allah kembali dan mulai bertumbuh dalam diri kita sifat rohani. Benarlah Firman bila kita memutuskan untuk mengaku Yesus sebagai Tuhan maka itu adalah keputusan rohani. Dan kalau itu adalah keputusan rohani yang walaupun dilakukan oleh manusia namun pokok pengendali bukanlah manusa tetapi Roh Kudus (1 Korintus 12:3). Dengan demikian bahwa tidak benar ajaran yang mengajarkan bahwa manusia tidak mempunyai peranan sedikitpun didalam keputusan keselamatan. Roh Kudus berdiam dihati kita dan mampu memotivasi kehendak manusia untuk tunduk dan taat kepada kehendakNya. Manusia mampu mengambil keputusan untuk percaya dan melakukan seluruh kehendak Allah. Kami telah uraikan hal utama tentang relasi misi Kristus dengan pekerjaan Roh Kudus yaitu, memampukan manusia mengambil “keputusan rohani” untuk percaya dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Selanjutnya, pada hakekatnya namusia telah diperdamaikan dengan Allah oleh darahNya. Tetapi, siapakah yang akan meneruskan berita keselamatan ini kepada isi dunia? Tuhan Yesus Kristus sebelum naik ke sorga memberi “Amanat Agung” atau misi Agung kepada murid-muridNya.
Matius 28:19-20. “Karena itu pergilah, jadikan semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Ketika perintah ini disampaikan maka tanggung-jawab pelaksana itu belum dicurahkan, buktinya Yesus sendiri melarang mereka untuk pergi meninggalkanYerusalem (Kisah 1:4-5). Memang mereka belum dapat pergi, sebab Yesus Kristus tahu bahwa yang akan memberi dimensi rohani untuk manusia dapat percaya kepadaNya sebagai Juruselamat belum ada. Karena itu mereka harus menunggu sampai mereka dipenuhkan oleh Kuasa dari atas. Kita tidak dapat menyamakan Yesus dengan murid-muridNya, sebab Yesus mampu menginjil tanpa menanti hari Pantekosta. Dia adalah Firman itu sendiri dan sebagai Anak Allah dimanapun keberadaanNya selalu bersama dengan Trinitas. Dimana ada Yesus pasti disana ada Bap dan Roh Kudus. Disitulah kuncinya, ketika Dia memanggil murid-muridNya mereka langsung dapat meninggalkan segala-galanya dan mengikuti Yesus.
Penginjilan untuk memberitakan pertobatan bukanlah misi utama Yesus. Misi utama Yesus ke bumi adalah untuk mati sebagai korban tebusan supaya oleh darahNya manusia dapat didamaikan dengan Allah dan memperoleh keselamatan (Yohanes 3:16, Efesus 2:13-14). Kehadiran Yesus sebagai manusia dibatasi oleh hakekat manusia itu sendiri. Dia dibatasi oleh ruang lingkup dan waktu. Sebagai manusia maka Dia harus taat kepada hukum eksistensi manusia. KeberadaanNya tidak boleh berada di dua tempat dalam waktu yang sama, begitu pula Dia harus tunduk kepada hukum waktu. Dia telah mengosongkan diriNya sebagai manusia (Kenosis), tidak lagi memakai atribut ke-Maha-anNya yang Omni Potence, Omni Science, Omni Presence walaupun atribut itu dalam seketika dapat dipergunakan bila Dia kehendaki. Hakekat sebagai manusia benar telah digenapkanNya dengan sesungguhnya. Buktinya, Dia dapat mati diatas kayu salib untuk menjadi tebusan orang banyak.