Theologi

3.4 Argumentasi Ontologis. Ontologi adalah bagian dari isi filsafat yang mempelajari tentang keberadaan yang hakiki dari sesuatu. Ontologi datang dari kata Grika ‘ontos’ yang berarti ‘yang sedang berada’. Argumentasi ontologis dihubungkan dengan argumentasi anthropologis, yakni yang membicarakan keberadaan hakiki dari manusia itu. 

Manusia bukan hanya sekedar ciptaan yang cerdas belaka, ia juga adalah mahluk yang secara intuitif percaya dan mengetahui akan adanya Allah. Intuisi berbicara tentang pemahaman atau pengetahuan dimana manusia memilikinya tanpa proses berpikir. Manusia mengetahui secara intuitif bahwa ada Allah. Ia dilahirkan dengan pengetahuan ini di dalam dirinya. Kadang-kadang hal ini disebut sebagai agama instink di dalam manusia, yang membuatnya ingin menyembah sesuatu atau seseorang. Manusia diciptakan untuk menjadi seorang penyembah untuk menyembah Allah. Manusia tidak akan ingin menyembah Allah bila Allah tidak menaruh di dalam manusia itu pengetahuan intuitif tentang keberadaanNya sendiri. 

Argumentasi menjadi hakiki oleh fakta adanya suatu keyakinan universal pada ‘satu allah’ atau ‘allah-allah’ dalam setiap bangsa pada permukaan bumi ini. Apabila manusia tidak menerima atau mendapatkan Allah yang benar, ia membuat allah/dewa bagi dirinya sendiri untuk disembah, untuk memuaskan pengetahuan instinktifnya itu.

Percaya akan Allah bukan hanya sekedar hasil dari kondisi budaya. Secara ontologis, manusia tercipta dalam roh, jiwa dan tubuh. Dari aspek rohnya inilah muncul secara intuitif kesadaran dan pengetahuan akan adanya Allah, Kisah Para Rasul 17:23-24Roma 1:18-32Yohanes 1:3-7Mazmur 115:1-8

3.5 Argumentasi Moral. Etika adalah pengetahuan yang mempelajari baik atau buruk perbuatan manusia dilihat dari sistim nilai tertentu. Moral adalah tindakan baik atau buruk manusia itu sendiri. Manusia adalah mahluk moral. Ia memiliki suatu perasaan hakiki tentang baik atau buruk, benar atau salah, sebaik perasaan tentang pertanggung-jawaban untuk mengikuti apa yang benar dan menolak apa yang salah. Alkitab menamainya ‘suara hati – conscience’ dan memandangnya sebagai pemberian Allah. 

Apabila manusia melanggar suara hatinya, ia tunduk pada kejahatan dan suatu rasa takut akan penghukuman. Walaupun kata hati itu dapat dikondisikan atau dilatih dengan arahan-arahan berbeda, kata hati itu tetaplah suatu yang umum pada manusia secara inheren. Kata hati itu bersifat universal, dan menjadi saksi tentang keberadaan dari suatu pemberi hukum dan hakim tertinggi, yang menciptakan di dalam manusia rasa pertanggung-jawaban bagi kebenaran ini, Roma 2:14-151 Timotius 4:2Titus 1:15Ibrani 9:14Yohanes 8:9.

3.6 Argumentasi Biologis. Kata Grika ‘bios’ berarti ‘hidup’. Kata ini merupakan suatu fakta ilmiah dimana hidup itu hanya dapat datang dari hidup yang sudah ada sebelumnya, tidak semata-mata dari benda. Hal itu mengusut semua kehidupan kembali kepada sumbernya. Akhirnya kita harus kembali kepada Allah sendiri. Harus ada sesuatu yang menjadi sumber utama kehidupan itu. Asal muasal dari semua kehidupan dan pemilik dari kehidupan asal dan kekal dari Dia sendiri. Sumber kehidupan itu ialah Allah, Mazmur 36:10Yohanes 11:2514:610:281:1-5

3.7 Argumentasi Historis. Sejarah manusia menunjuk pada satu tangan yang tak kelihatan, yang membimbing, mengatur dan mengawasi nasib bangsa-bangsa. Sebagai contoh, Babylon jatuh pada suatu malam ketika para tentara lupa menutup pintu-pintu pada dinding yang melaluinya air sungai besar Efrat mengalir. Nabi-nabi Allah telah mengatakan ini sebelumnya, lebih seratus tahun sebelum hal ini terjadi, Yesaya 45:1-5; Daniel 5. Suatu penelitian seksama dari sejarah akan mengungkapkan beberapa ilustrasi dari fakta ada tangan Allah yang bergerak untuk menyelesaikan kehendakNya, Wahyu 17:17. Sejarah membuktikan adanya Allah yang mengawasi jalannya sejarah.

3.8 Argumentasi Kristologis. Satu dari argumentasi-argumentasi terbesar adalah argumentasi Kristologis. Kristus yang historis adalah suatu fakta; dan adalah tidak mungkin untuk menggambarkan pribadi dari Yesus Kristus terpisah dari adanya Allah. KelahiranNya dari perawan, kehidupanNya yang tanpa dosa, mujizat-mujizat, pengajaran, kematian, penguburan, kebangkitan dan keangkatanNya ke Surga yang kesemuanya itu tak mungkin dijelaskan terpisah dari Allah. Yesus Kristus adalah wahyu terbesar dari adanya Allah. Semua keberadaanNya, semua perbuatanNya, dan semua yang Ia katakan, membuktikan adanya Allah, Yohanes 1:1-314-1814:6-91 Timotius 3:16Ibrani 1:1-31 Yohanes 1:1-3

3.9 Argumentasi Bibliologis. Alkitab adalah saksi untuk keberadaan Allah. Dalam penjelasan Doktrin Pewahyuan, Alkitab melampaui semua tulisan lain yang diwahyukan secara ilahi; tidaklah mungkin bagi kitab-kitab itu menjadi sekedar produksi kemanusiaan belaka. Semua kitab itu membuktikan keberadaan dari suatu kecerdasan yang lebih tinggi yang secara berdaulat membimbing para penulis dalam tugas mereka menulis kitab-kitab itu. Sebagai saksi yang tak mungkin keliru dari semua yang Alkitab ungkapkan tentang Allah, sifat dasarNya dan maksud-maksudNya harus diterima seakurat mungkin. 

3.10 Argumentasi Keharmonisan. Kata ‘harmoni’ sebenarnya berarti ‘sesuai, seimbang, serasi’. Kesembilan argumentasi yang ada sebelum ini semuanya ada dalam kesesuaian. Ada keseimbangan dan keserasian diantara semua itu. Tidak ada satupun argumentasi yang telah diungkapkan itu membawa suatu pemahaman yang bertentangan, tetapi semua argumentasi itu membentuk suatu keharmonisan secara keseluruhan. Inilah argumentasi dari keharmonisan itu. Fakta bahwa argumentasi Kosmologis, Theologis, Anthropologis, Ontologis, Moral, Biologis, Kristologis dan Bibliologis, semuanya tercampur bersama dalam keharmonisan. 

Leave a Reply