Theologi

4.1 Allah itu kekal. Pengertian kekal disini erat kaitannya dengan waktu. Sedangkan pemahaman waktu pada manusia itu ada karena dosa. Oleh dosalah maka manusia menjadi fana. Oleh dosalah maka manusia mengenal masa lalu dan masa yang akan datang. Memang sebelum ada dosa di bumi ini, Alkitab telah memakai istilah-istilah waktu ‘hari pertama’, Kejadian 1:3-5; ‘hari kedua’, Kejadian 1:6-8; dan seterusnya. Tetapi istilah waktu itu sebenarnya hanya menunjuk pada pentahapan penciptaan Allah. Sebab sebelum pentahapan penciptaan itu , Kejadian 1:1-2 Allah memang sudah melakukan penciptaan itu. Itulah kekekalan masa lalu itu (The eternal past).

Allah itu kekal. Allah itu sudah ada sebelum kekekalan masa lalu itu. Allah sudah ada sebelum adanya konsep tentang waktu, Kejadian 1:1Yohanes 1:1Mazmur 93:2.

Masih ada satu aspek waktu, yakni masa yang akan datang. Ukuran waktu inipun dilihat dari sudut pandang kefanaan manusia akibat dosa. Karena manusia tidak dapat mengukur waktu yang akan datang itu, maka ia disebut ‘kekal’. Jadi waktu kekal yang akan datang itu disebut ‘kekekalan masa yang akan datang’ – ‘eternal future’; atau ‘everlasting’ – tak berkesudahan.

Allah itu kekal, masa lalu maupun masa yang akan datang, Kejadian 21:33Ulangan 33:27Mazmur 9:829:1045:790:2Yesaya 40:8Yeremia 10:10Roma 16:261 Timotius 1:76:161 Petrus 5:10Yesaya 44:648:12Wahyu 1:1710:615:722:13. Kekekalan masa lalu itu milik Allah. Tetapi kekekalan masa yang akan datang, dalam bentuk hidup yang kekal itu diwariskan kepada orang-orang percaya yang takut dan setia kepadaNya, Matius 19:29Lukas 18:30Yohanes 3:16. Tetapi orang yang tidak percaya kepadaNya akan dihukum dengan hukuman yang kekal, Daniel 12:2Matius 18:825:41, 46.

4.2 Allah itu tidak berubah. Selain kekal, Allah itu tidak berubah. Ada sebuah ungkapan tentang Allah, yakni; Allah itu ‘Gunung Batu’, Mazmur 18:331:440:342:1071:378:16, dengan berbagai tambahan, misalnya: Tempat Berlindung, Perisai; Tanduk Keselamatan; Kota Bentengku! Maksudnya, sebagaimana Gunung Batu itu tidak berubah oleh perubahan cuaca dan pengaruh eksternal lainnya, sehingga dapat diandalkan, analogi berjenjang itu ditujukan kepada Allah yang tidak dapat diubah oleh apapun juga, Maleakhi 3:6Ibrani 13:8Yakobus 1:17.

Catatan sebagai bahan study Alkitab; Sebenarnya kata ‘Gunung Batu’ itu ditulis dengan kata ‘sela’ (Ibrani), yang sama dengan kata ‘petra’ (Grika) – ‘rock’ (Inggris) – batu (dalam arti batu yang besar sekali). Ada juga kata Grika lainnya yang berarti batu, yakni ‘lithos’, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan dengan ‘stone’. Kata ‘petra’ itu sendiri berarti batu yang besar sekali, sedangkan ‘lithos’ adalah batu yang kecil, yang lebih besar dari kerikil.

Karena perbendaharaan kata bahasa Indonesia yang agak miskin, maka kata ‘sela’ dan ‘petra’ ini diterjemahkan dengan kata ‘gunung batu’, Mazmur 18:3 atau ‘bukit batu’ Matius 27:60Markus 15:46. Sayang sekali, terjemahan seperti ini bukanlah terjemahan literal, melainkan terjemahan yang sudah berisi penafsiran. Hal itu berdampak pada bagian lain dari terjemahan kata ‘petra’ ini yang diterjemahkan dengan kata ‘batu karang’, Matius 16:181 Korintus 10:4, sehingga nampak sekali keganjilannya. Kalau dalam kitab Mazmur , Allah digambarkan sebagai ‘Gunung Batu’, maka dalam 1 Korintus 10:4, Yesus digambarkan sebagai ‘Batu Karang’.

Ternyata bahwa dari keterangan para ahli bahasa, bahwa penerjemahan kata ‘petra’ menjadi ‘batu karang’ – ‘cliff’ (Inggris), diambil dari latar belakang Yunani sekular yang tidak ada kaitannya secara langsung dengan Alkitab. Banyak bagian dalam Alkitab yang diterjemahkan seperti ini, yakni dalam Alkitab terjemahan baru. Akibatnya, sering terjadi banyak salah penafsiran terhadap Alkitab itu sendiri. Seterusnya, terjadi banyak kesesatan. Hal ini merupakan peringatan kepada mereka yang ingin belajar Alkitab !

Pembuktian bahwa Allah itu tidak berubah, bukanlah pada penampakannya (Theopany). Yesuspun demikian walaupun Ia disebut tidak berubah, Ibrani 13:8, yang dalam penampakan-penampakanNya (Khristophani) sering berubah. Ketidak-berubahan Allah itu sangat sulit dipahami bila membicarakan sifat-sifat Allah yang mutlak itu. Nampaknya untuk memudahkan pemahaman, maka ketidak-berubahan Allah itu dilihat secara berjenjang: Ketidak-berubahan hukum AllahMazmur 93:5.

Leave a Reply