Theologi

Pernyataan Alkitab tentang ‘pada mulanya Allah’ itu ternyata merupakan pernyataan tegas dari Allah sendiri untuk menihilkan isme-isme tentang allah lainnya, misalnya:

a. ‘Pada mulanya Allah’; menihilkan atheisme.

b. ‘Pada mulanya Allah’; menihilkan animisme.

c. ‘Pada mulanya Allah’; menihilkan polytheisme.

d. ‘Pada mulanya Allah’; menihilkan dualisme.

2.6. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’, Kejadian 1:1. Ayat ini sungguh-sungguh menunjukkan kedaulatan Allah dalam bertindak. Di dalam Allah-lah segala takdir berawal, sebab Ia maha kuasa dan sekaligus berdaulat. Tetapi orang tidak boleh memikirkan takdir sedemikian rupa sehingga Allah ditempatkan sebagai penguasa lalim yang semena-mena menetapkan nasib (fatum, Latin) seseorang – fatalisme. Orang seperti itu tidak memahami keseluruhan sifat-sifat Allah. Penafsiran seperti itu sungguh amat naif dan menyesatkan banyak orang. Allah harus dilihat dari seluruh sudut pandang yang diperkenankan oleh Alkitab. Untuk itulah Alkitab ada dan Kejadian 1:1 ini baru merupakan awal perkenalan tentang Allah.

Masih ada pemahaman-pemahaman lain lagi dengan kata ‘mencipta’ dan ‘langit dan bumi’. Tetapi karena uraian ini lebih tertuju pada pengungkapan tentang Allah, maka pemahaman yang berkaitan dengan kata-kata tersebut belum perlu diuraikan disini.

Pernyataan Alkitab tentang ‘pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’, ternyata merupakan pernyataan tegas dari Allah untuk menihilkan isme-isme filosofies yang membinasakan umat manusia, misalnya:

a. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’; menihilkan fatalisme. Paham fatalisme ini meyakini bahwa nasib manusia itu ditentukan oleh penentuan yang ada diluar dirinya sendiri, tanpa ia dapat mengubahnya lagi. (Catatan: Apa bedanya dengan paham Predestinasi dalam Calvinisme?). Penentuan nasib manusia menurut fatalisme itu datang dari kekuatan alam semesta itu sendiri.

Dengan adanya Kejadian 1:1 ini, paham fatalisme itu dinihilkan. Alam semesta ini diciptakan oleh Allah. Jadi bukan alam semesta yang menentukan nasib manusia. Juga Allah pencipta alam semesta ini adalah Allah yang penuh kasih, 2 Petrus 3:9. Didalam Allah tidak ada bentuk fatalisme.

b. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’; menihilkan paham evolusi. Paham evolusi ini menyakini bahwa terjadinya mahluk hidup itu merupakan suatu kebetulan dalam alam semesta, sehingga tercipta satu sel hidup. Sel hidup tersebut kemudian berevolusi pada tingkat yang lebih tinggi. Muncullah species-species mahluk hidup. Species akhirnya adalah manusia.

Dengan adanya Kejadian 1:1 ini, paham evolusi itu dinihilkan. Allahlah yang menciptakan mahluk hidup itu. Mahluk hidup ciptaan itu adalah mahluk hidup yang sempurna menurut speciesnya masing-masing.

c. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’; menihilkan pantheisme. Pantheisme ini mengidentikkan Allah dengan alam. Sedangkan Kejadian 1:1 menegaskan bahwa alam ini adalah ciptaan Allah. Jadi alam ini bukanlah Allah.

d. ‘Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi’; menihilkan materialisme. Kejadian 1:1 ini hanya dapat diterima dengan iman, bukan ratio. Mengapa? Karena ratio manusia itu amat terbatas, sesuai dengan keterbatasan substansi manusia itu sendiri. Catatan: Deisme nanti akan disangkal Alkitab dalam Kejadian pasal 2.

Leave a Reply