Theologi

3.1 Argumentasi Kosmologis. Kata ‘kosmos’ itu berarti ‘dunia’; dan dapat juga berarti ‘alam semesta – universe’. Argumentasi kosmologis itu menunjuk kepada alam semesta, kemudian berupaya membuktikannya dari hukum sebab akibat. Keberadaan dari akibat itu senantiasa menunjuk pada keberadaan dari sebabnya. Alam semesta itu ternyata bergerak dan digerakkan oleh suatu kekuatan yang teratur, harmonis dan akurat, yang membentuk suatu hukum alam yang maha luas dan dahsyat. 

Bila alam semesta yang digambarkan tadi adalah akibatnya, menjadi pertanyaan: ‘Apa’ atau lebih tepat ‘siapakah’ penyebab dari semua ini? Manusia memang tidak dapat menjawab pertanyaan besar ini. Berbagai hypothesa telah diteorikan oleh para ahli astronomi dan ilmu pengetahuan alam, tetapi semuanya tidak memuaskan. Alamlah sendiri yang menjadi saksi bahwa penyebab awal – causa prima dari semua ini adalah Allah, Sang Pencipta itu, Kejadian 1:1Mazmur 19:1-5Roma 1:19-20Ibrani 11:3.

3.2 Argumentasi Teleologis. Argumentasi ini adalah pembuktian dari bentuk dan tujuan. Tidak sekedar bahwa alam semesta itu ada, tetapi alam semesta dan isinya itu mempunyai bentuk sempurna dan mempunyai fungsi tertentu, sesuai peran penciptaannya. Masing-masing ciptaan yang tak terhitung jumlah dan jenisnya dalam alam ini menunjuk pada maksud penciptaannya dan masing-masing mempunyai peran tertentu, bahkan kesemua ciptaan itu ada dalam harmoni satu dengan yang lain. 

Alam semesta – Bima Sakti – Melky Way System diciptakan sedemikian rupa, sehingga tata surya kita merupakan satu dari sekian juta tata surya yang ada dalam sistem alam semesta ini. Kemudian bumi ini merupakan planet teristimewa dalam susunan tata surya kita. Sedangkan planet bumi ini diciptakan sedemikian rupa, dilindungi oleh sistem perlindungan sedemikian rupa, diisi oleh tak terbilang jenis ciptaan dalam kontrol hukum yang harmoni satu dengan lainnya; sehingga manusia dapat hidup di dalamnya. 

Menjadi pertanyaan: Siapakah yang merancang segala sesuatu ini dengan sempurna? Apakah sebenarnya tujuan penciptaan segala sesuatu ini? Dapatkah manusia mengukur intelegensia dari sang perancang semua ini? Argumentasi dari bentuk dan tujuan adanya ‘suatu’ yang jauh melebihi inteligensia manusia, Yesaya 55:8-9, bahkan tanpa batas, yang lebih besar dari alam semesta, 2 Tawarikh 6:18.

3.3 Argumentasi Antropologis. Kata’anthropos’ dalam bahasa Grika berarti ‘manusia’. Dari keberadaan manusia itu sendiri argumentasi ini bertitik tolak. Manusia adalah ‘master piece’ dari tindakan penciptaan Allah. Manusia yang diciptakan dalam gambar Allah menjadi mahkota kemuliaan dari segala ciptaan, Kejadian 1:1-28Mazmur 94:9. Manusia jauh lebih berkuasa dari pada gabungan seluruh binatang ciptaan. Seekor monyet yang paling sempurna tidak dapat dibandingkan dengan manusia dalam keseluruhan keberadaannya. Teori evolusi sebenarnya adalah usaha untuk melepaskan manusia dari kelayakan dan pertanggung-jawaban kepenciptaan bagi dirinya. Manusia yang cerdas adalah salah satu argumen terbesar bagi adanya Allah yang cerdas pula. Bermilyard-milyard umat manusia, masing-masing berbeda dan unik, pun semua dasar kepenciptaan mereka, membuktikan adanya seorang pencipta. 

Leave a Reply