2.1 Agnostisisme. Kata ini dalam bahasa Grika berarti “Tidak tahu”. Suatu faham yang berdasarkan kekuatan untuk mengetahui dari manusia. Beranggapan bahwa tidak ada seorangpun yang mampu untuk tahu tentang Allah. Manusia adalah mahluk yang terbatas adalah mustahil untuk dapat mengetahui tentang Allah yang tidak terbatas. Aliran ini menutup pintu untuk mengenal Allah dengan dalih bahwa manusia adalah mahluk yang terbatas.
Aliran ini berusaha untuk membangun sifat skeptisme terhadap iman Kristen. Selalu berusaha untuk dengan keterbatasan berpikir supaya menerbitkan keraguan total terhadap Firman Allah. Karena aliran ini sesungghnya menolak Alkitab yang adalah Firman Allah.
Mereka tidak pernah kenal Roh Kudus yang membuat orang percaya mampu dan sanggup mengenal Allah. Roh Kuduslah yang sesungguhnya yang telah menolong orang percaya dapat mengenal Allah. (1 Korintus 2:11-12; Yohanes 16:13).
2.2 Panteisme. Faham ini percaya bahwa Allah berada di semua keberadaan di alam semesta. Faham ini mempersatukan semua alam semesta dan seluruh isinya dengan Allah. Semua yang ada adalah Allah, bahwa Allah menyatu dengan semua yang ada. Panteisme mempersatukan Allah dengan alam semesta ini dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Alkitab dengan jelas memperbedakan antara alam semesta sebagai ciptaan dan Allah sebagai pencipta. (Roma 1:19-25).
2.3 Materialisme. Materialisme adalah suatu faham yang melihat bahwa segala sesuatu adalah “materi” atau benda. Manusia tidak lagi dilihat sebagai mahluk ciptaan Allah yang mempunyai jiwa dan roh atau sebagai mahluk yang mempunyai kehidupan rohani. Semuanya diukur sebagai materi karena mempunyai tubuh. Sehingga manusia itu berfaedah selagi dia itu hidup dan kalau telah tua dan tidak lagi berbuat sesuatu manusia menjadi tidak berguna.
Manusia bukan mahluk rohani yang harus mempertanggung-jawabkan kehidupan ini. Manusia disamakan dengan benda saja sehingga tidak perlu bertanggung-jawab sesama manusia. Faham ini menjadikan manusia sama saja dengan binatang. Hanya lebih tinggi sedikit sebab dapat berpikir.
Faham materialisme menolak keberadaan Allah melalui filsafatnya. Manusia tidak perlu menyembah Allah karena manusia disamakan saja dengan benda-benda mati. Manusia harus bekerja sekeras-kerasnya supaya nilai materi bisa melebihi manusia lainnya. (1 Yohanes 2:15-17).
2.4 Ateisme. Suatu faham yang dengan terang-terangan berkata bahwa Allah itu tidak ada. Bahwa Allah itu hanyalah hasil rekayasa dari keinginan manusia itu sendiri. Biasanya, faham Ateisme merupakan hasil dari faham-faham lain yang tidak percaya kepada Tuhan dan akhirnya berkata bahwa Tuhan itu tidak ada.
2.5 Humanisme. Humanisme ialah suatu faham yang melihat diri manusia sebagai jawaban atas segala sesuatu. Hal yang baik dan buruk bukanlah yang dikatakan Firman Allah tetapi menurut pendapat diri sendiri. Segala sesuatu menunjuk kepada diri manusia. Diri manusia menjadi sentral keberadaan. Manusia telah menjadi allah sendiri atas hidup dan memberi keputusan untuk apa yang dianggap baik.
Setanlah yang telah membalikkan kebenaran dari menyembah kepada Allah dan sekarang menyembah kepada diri sendiri. Keputusan hasil berpikir manusialah yang harus diagungkan. Bukan Firman Allah yang dikatakan Allah dalam Alkitab. Hal itu bermula ketika Adam dan Hawa melawan Allah akibat tipuan setan. Setan setelah membalikkan manusia dari menyembah Allah dan taat kepada semua Firman Allah. Hawa telah mengambil dan makan buah terlarang berdasarkan pertimbangan sendiri karena tipuan setan. Semua telah berpusat kepada diri sendiri, bahwa manusia bukan lagi mahluk ciptaan yang menyembah Allah. Manusia telah berubah menjadi Allah bagi dirinya sendiri (Kejadian 3:3-6; 2 Timotius 3:1-5).
2.6 Liberalisme. Ciri Liberalisme yaitu, menolak segala sesuatu yang tidak diterima oleh akal budi manusia. Akal untuk berpikir menjadi kebenaran manusia. Dari akal manusia harus mengambil keputusan sehingga semua sifat Allah yang supranatural ditolak oleh manusia. Liberalisme, menolak Alkitab sebagai wahyu Allah dan semua karya Kristus untuk menyelamatkan manusia yaitu, kematian dan kebangkitanNya. Semua bertitik tolak dari akal manusia. Mereka tidak mempunyai iman sama sekali sebab yang ada adalah hasil berpikir. Dari kata “Liberal” maka kita maklum bahwa tidak ada yang dapat mengikat mereka. Mereka bebas menafsir dan tidak tunduk kepada Alkitab yang adalah Wahyu Allah.
2.7 Deisme. Semua faham yang percaya bahwa Tuhan yang menjadikan segala sesuatu di alam semesta. Namun, setelah Allah menciptakan segala sesuatu maka Sang Pencipta mengundurkan diri dan keluar dari ciptaanNya. Allah menyerahkan segala sesuatu kepada hukum-hukum yang telah ditetapkanNya.
Karena itu, menjadi pola faham teologi Deisme untuk mempelajari tentang Allah kepada alam semesta yang dapat dimengerti oleh otak manusia. Dikarenakan, bahwa Allah telah mengundurkan diriNya dari semua ciptaanNya sudah tentu tidak akan ada wahyu, ataupun mujizat-mujizat lagi. Faham ini mirip dengan “Determinisme” bahwa segala sesuatu telah ditentukan untuk bergerak ke suatu keadaan tertentu yang lebih baik dari yang ada.
Deisme menolak semua penyataan-penyataan Allah dalam Alkitab yang dapat mempengaruhi kehidupan orang percaya. Allah benar-benar telah keluar dari ciptaanNya dan telah meninggalkan segalanya bergerak secara alamiah. Secara jujur faham ini sama dengan pemikiran seorang filsuf abad ke 18, bahwa aku berpikir bahwa Tuhan sudah mati. Alkitab menyatakan bahwa Tuhan tetap ada dan menyertai kita untuk selama-lamanya. Bahkan Dia sanggup mengerjakan mujizat-mujizat sebagai bukti kehadiranNya dalam pelayanan GerejaNya (Matius 28).