b. Kasih Karunia (Anugerah). Kasih karunia atau anugerah; Grace (Inggris); Gratia (Latin); Kharis (Grika), adalah pemberian Allah dengan cuma-cuma kepada manusia lewat iman, Roma 4:16. Kasih karunia ini merupakan bagian dari kebaikan Allah, Efesus 2:7. Kitab Perjanjian Lama lah yang meletakkan dasar pemahaman kasih karunia itu, walaupun ayat-ayatnya sedikit. Kasih karunia; Khen (Ibrani) adalah pemberian pihak yang lebih tinggi kepada pihak yang lebih rendah. Kasih karunia Allah kepada manusia, Kejadian 6:8; Keluaran 33:12cf; Bilangan 6:25; Hakim-hakim 6:17; Mazmur 77:10; 84:12; Yeremia 31:2. Ada pula kasih karunia manusia kepada manusia, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan kata ‘kasih’; ‘kasihan’; ‘belas kasih’; ‘suka’ atau ‘murah hati – kemurahan’; Kejadian 32:5; 33:8cf; 39:4; 50:4; Bilangan 32:5; Rut 2:2, 10; 1 Samuel 20:3; 27:5; 2 Samuel 14:22; 16:4; Ester 2:17. Prinsip ini dutulis dalam Ibrani 7:7.
Dari dasar pemahaman ini, jelas bahwa ‘perjanjian-perjanjian’ (testaments) Allah bagi umat manusia, berdasarkan prinsip kasih karunia ini. Di satu sisi, Allah itu sebagai pihak yang superior; di sisi lain, orang percaya itu sebagai pihak yang inferior. Allah memberi kasih karunia dalam sifat baikNya itu, manusia hanya menerima dan menerima. Manusia tidak ada ‘tegen prestitie’ (Belanda) – ‘suatu perbuatan atau materi yang diberikan sebagai balas jasa’ – untuk diberikan kepada Allah, selain percaya dan setia melaksanakan hukum-hukum Allah, Kejadian 17:4, 9.
Kitab Perjanjian Baru mengulas kasih karunia itu begitu rinci. Ternyata kebaikan Allah itu bersifat umum kepada semua mahluk. Walaupun kehidupan semua manusia itu adalah kasih karunia Allah juga, 1 Petrus 3:7; dan kasih karunia juga untuk semua manusia, Roma 5:15cf; Ibrani 2:9, tetapi ada kasih karunia Allah yang lebih spesifik, yang lebih diprioritaskan untuk orang-orang percaya. Di dalam Yesus Kristuslah ada segala kepenuhan kasih karunia dan kebenaran Allah, Lukas 2:40; Yohanes 1:14, 16; Efesus 1:6; 2 Timotius 1:9; 1 Petrus 5:10. Lalu dari Yesus Kristus, kasih karunia itu dialirkan, Yohanes 1:17; Roma 16:20; 2 Korintus 8:9; Galatia 1:6; Efesus 2:7. Ada ‘Injil kasih karunia’, Kisah 20:24; ‘firman kasih karunia’, Kisah 20:32; ‘tahta kasih karunia’, Ibrani 4:16; dan ‘roh kasih karunia’, Ibrani 10:29.
Keselamatan adalah kasih karunia, Titus 2:11; 1 Petrus 1:10, karena Yesus mengalami maut oleh kasih karunia Allah bagi semua manusia, Ibrani 2:9. Penebusan oleh darahNya adalah kasih karunia, Efesus 1:7; pembenaran adalah oleh kasih karunia, Titus 3:7. Tetapi keselamatan sebagai kasih karunia itu harus diterima dengan iman dan percaya, Roma 5:1-2; 11:5cf; Efesus 2:5-8; Kisah 14:3; 15:11. Iman dan percaya itu bukan ‘tegen prestatie’ (Belanda), melainkan ‘prestasi’ – keputusan pribadi untuk menerima semua pembenaran Firman Allah dan setia melakukan segala perintah Allah. Bila tidak demikian maka salib Yesus Kristus itu akan menjadi ‘batu sandungan’ , Galatia 5:11.
Bagi mereka yang sudah menerima keselamatan itu, Allah memberi kasih karunia yang lebih spesifik. Ada kasih karunia untuk orang banyak, yang dalam hal ini adalah Jemaat Allah, Kisah 4:33; 11:23; 13:43; 1 Korintus 1:4; 2 Korintus 1:15; 4:15; 8:1. Ada juga kasih karunia bagi pribadi-pribadi, tetapi jenisnya berbeda-beda menurut ukuran pemberian Kristus, Roma 12:3-6; Efesus 4:7; 1 Petrus 4:10; 1 Korintus 3:10; 2 Korintus 12:9; Galatia 1:15; 2-9; Efesus 3:2; Filipi 1:7; 1 Timotius 1:14; Ibrani 4:16; 1 Petrus 1:13. Tetapi jangan lupa; kasih karunia itu dapat ditolak; disia-siakan ; atau disalah-gunakan, Roma 6:1cf; 1 Korintus 15:10; 2 Korintus 6:1; Galatia 5:4cf; Ibrani 12:15; Yudas 1:4. Orang-orang Yahudi itupun menolak kasih karunia Allah karena menolak Yesus, Galatia 2:21. Berarti keselamatan yang Allah anugerahkan dapat hilang karena menolak, menyia-nyiakan atau menyalahgunakan kasih karunia Allah itu. Sungguh keliru pandangan Calvinisme yang mengajar berdasarkan ‘doktrin pilihan’ bahwa kasih karunia itu hanya untuk sebagian manusia dan kasih karunia itu tidak dapat ditolak.
Dari penerjemahan kata ini dalam kitab Perjanjian Lama, jelas kelihatan bahwa kasih karunia ini merupakan bentuk ‘kebaikan Allah’ atau ‘kemurahan Allah’ bagi manusia, sebagai pihak superior kepada pihak inferior.