Allah Yang Benar
Benar dalam arti ‘righteous’, II Tawarikh 12:6 | Benar dalam arti ‘true’, Yeremia 10:10 |
Semua manusia berdosa | Semua manusia fana |
Karena Allah benar – righteous, maka tindakannya pasti adil | Karena Allah benar – true, maka Firman pasti kekal |
Dari kebenaran – righteousness-Nya, muncul keadilan Allah | Dari Firman kebenaran – Truth-Nya, muncul hukum Allah |
Dari kebenaran – righteousness-Nya, manusia dibenarkan (justified). Hal merupakan hasil dari sikap batin manusia-yakni respons pribadi pada Firman kebenaran atau The Word of Truth itu, yakni percaya. | Dari Firman kebenaran – Truth-Nya,manusia dikuduskan (sanctified). Hal ini menjadi nyata dari hasil sikap batin yang telah dibenarkan. Sikap taat karena pengudusan jiwa itu, berbuah-kan perbuatan dalam kebenaran – the act of righteousness; perbuatan dalam iman. |
Betapa ajaibnya sifat-sifat Allah itu bagi manusia. Tidak heran bila orang percaya disebut orang benar, karena kebenaran Allah yang beraspek ganda itu dapat menjadi bagian orang percaya. Bandingkanlah dengan kebenaran manusia, Yesaya 64:6.
4.7 Allah itu Maha Baik. Bilangan 19:19; 1 Tawarikh 16:34; 2 Tawarikh 5:13; 5:41; 7:3; Ezra 3:11; Mazmur 25:8; 34:9; 69:17; 73:1; 86:5; 100:5; 135:3; 145:9; Yeremia 33:11; Matius 5:45; 19:17; Markus 10:18; Lukas 18:19.
‘Baik’ adalah suatu sifat yang menyenangkan dan disenangi oleh semua orang karena dilatar-belakangi oleh kebajikan atau perbuatan baik. Oleh karenanya, ‘baik’ itupun merupakan bagian utama dalam sistem nilai: “. . . tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu”, Galatia 5:23.
Allah itu memang baik. Bila segala kebaikan manusia direndengkan dengan kebaikan Allah, maka nyata benar bedanya: Lukas 18:19 mencatat: “Jawab Yesus, mengapa kau katakan Aku baik? Tak seorangpun yang baik selain dari Allah saja . . .” Memang banyak manusia yang mempunyai nilai-nilai baik, Lukas 7:4-5; Kisah 10:1-2. Tetapi kebaikan manusia tidak lengkap dan sempurna, dengan kata lain, kebaikan manusia itu terbatas sebagaimana sifat keterbatasan manusia itu sendiri. Kebaikan Allah itu lengkap dan sempurna serta tidak terbatas: “Bersyukurlah kepada TUHAN sebab Ia baik. Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setiaNya”, Mazmur 136.
Dari pemahaman yang didapat melalui Firman Allah maka kebaikan Allah itu: Pertama, berlaku umum untuk semua ciptaanNya. Kedua, terbaik untuk semua ciptaanNya. Ketiga, lengkap. Keempat, kekal. Banyak hal yang dapat disebut kebaikan Allah, tetapi ada tiga pokok terpenting yang menjadi inti di dalamnya, yakni: Kasih; Kasih karunia (anugerah); Kasih setia.
a. Kasih. Istilah kasih dalam kitab Perjanjian Baru ditulis dengan tiga kata yang paling terkenal, yakni: agape, phileo dan eros; serta masih ada dua lagi yang jarang disebut-sebut yakni: thelo dan storge. Walaupun demikian, standar arti kata kasih itu ada dalam kata ‘agape’ itu. Untuk memahami isi kasih Paulus menulisnya dalam 1 Korintus 13:4-8, juga ia mengekspresikan penerapan kasih itu, Roma 13:8-10; 15:2; Kolose 3:12-14. Kasih itu nampak dalam aksi atau penerapannya, bukan sekedar kata-kata atau konsepnya, 1 Yohanes 3:18. Tidak heran jika seluruh hukum Taurat hanya dapat disimpulkan menjadi dua bagian besar hukum, yakni: kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama manusia, Matius 22:36-40; Markus 12:28-31. Tidak heran pula, tindakan kasih adalah memberikan nyawa bagi mereka yang dikasihi, Yohanes 10:11; 15:13; 1 Yohanes 3:16.
Allah itu adalah kasih, 1 Yohanes 4:16; dan kasih Allah itu adalah dasar tindakan Allah menyelamatkan manusia, Yohanes 3:16. Tidak ada kasih yang lebih besar daripada kasih Allah. Kasih itu menutupi dosa yang banyak, tetapi bukannya mengampuni dosa. Pengampunan dosa itu harus melalui proses hukum keselamatan. Allah memang tidak mengingini seorang manusia pun binasa karena kasihNya, tetapi keselamatan manusia itu ditentukan lewat proses hukum keselamatan itu, Yehezkiel 18:23; 33:11; 1 Tesalonika 5:9; 2 Petrus 3:9.
Jelas sekali, Allah itu Maha Kasih, dan penerapan kasih Allah itu dialami langsung oleh manusia. Kasih itu selalu ‘dua arah’. Arah pertama, adalah Allah yang menyatakan kasihNya kepada manusia. Oleh kasihNya, Allah menyediakan keselamatan bagi manusia – yang tidak secara langsung diberikan kepada manusia – tetapi lewat Yesus Kristus. Jelas sekali, bahwa orang percaya diselamatkan lewat jalan satu-satunya yakni Yesus Kristus. Penentuan pilihan (predestinasi) Allah bagi keselamatan manusia ada dalam Yesus Kristus. Arah kedua, adalah manusia yang memberi respons terhadap tindakan Allah dengan menyatakan kasih kepada Allah. Tetapi kasih manusia kepada Allah itu menjadi benar bila manusia mentaati hukum-hukum Allah, Yohanes 14:15, 23; Roma 13:10. Semua hukum Allah itu menunjuk kepada Yesus. Dari pemahaman ini menjadi lebih jelas bahwa ‘pernyataan kasih Allah kepada manusia’ itu lewat Yesus Kristus. Sedangkan ‘respon manusia untuk mengasihi Allah’ itu harus lewat Yesus Kristus.