Kelihatannya Tuhan Yesus juga memberi peraturan perjamuan suci harus dilakukan oleh para murid sebagai satu peringatan. Demikian juga dalam Kisah 2:42, 20:7, mereka selalu berkumpul pada hari pertama untuk memecahkan roti. Para rasul selalu berkumpul selalu berkumpul untuk melaksanakan perjamuan suci sesuai dengan kehendak Yesus Kristus. Mereka yang telah lahir barulah yang mampu mengukur diri mereka sendiri tentang syarat rohani keberlayakan mengambil bagian dalam perjamuan suci. Kalau tidak berlayak dikatakan berdosa kepada tubuh dan darah Yesus Kristus (1 Korintus 11:27-28). Dengan peringatan tersebut menjadi dasar bahwa mereka yang mengambil bagian haruslah bagi mereka yang mampu mengenal kelayakan rohani yang berarti bahwa perjamuan suci hanya bagi mereka yang bertobat dan lahir baru.
Didalam kitab Keluaran 12:3-8, Israel sebelum keluar dari negeri Mesir menyembelih anak domba dan dagingnya dimakan bagi seluruh isi rumah tangga (ayat 4). Hal itu berarti melibatkan anak-anak, karena isi keluarga bukan hanya kedua orang tua atau orang dewasa tetapi juga ank-anak. Banyak gereja Tuhan membangun ajaran yang melibatkan anak-anak dapat dilibatkan dalam perjamuan suci berdasarkan kebenaran itu.
Memang tidak ada bukti Alkitab yang mengatur dengan jelas siapakah yang berhak mengikuti perjamuan Tuhan. Harus diingat bahwa sakramen ini bukan perjamuan gereja tapi perjamuan Tuhan. Setiap orang harus mengukur diri apakah dia layak atau tidak untuk mengambil bagian. Kekudusan Kristus menyertai sakramen ini. Kita tidak dapat menyimpan anggur baru didalam kirbat yang lama, pasti kirbat itu akan pecah. Bahwa anggur yang baru haruslah disimpan didalam kirbat yang baru. Terang dan gelap tidak dapat disatukan. Kristus mempunyai karakteristik kekudusan, semua orang percaya haruslah mempersiapkan diri yang layak untuk mengambil bagian dalam sakramen Perjamuan Suci (Markus 2:22, Lukas 5:37, 1 Petrus 1:15-16).
3. Penyerahan Anak. Memang penyerahan anak tidak termasuk sakramen perintah langsung dari Yesus Kepala Gereja. Tetapi tidak keliru juga kalau Gereja mengangkat penyerahan anak sebagai sesuatu yang dianggap upacara suci kegerejaan. Anak-anak yang baru lahir belum mengenal dosa dan Tuhan Yesus sering mengambil anak kecil dengan segala sifatnya untuk menjadi teladan bagi orang percaya. “Lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk kerajaan sorga (Matius 18:3). “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk kedalamnya” (Lukas 18:17).
Anak kecil mempunyai karakter kudus dan mulia sebab belum mengerti keadaan baik dan buruk. Suatu karakteristik seperti ketika Adam belum jatuh dalam dosa. Karena itu penyerahaan anak kecil didalam upacara gerejani mengandung makna supaya sifat dan karakter yang dimiliki sejak kanak-kanak dapat dipelihara oleh Tuhan sampai ia menjadi dewasa. Suatu karakter keadaan yang memperkenankan Allah sebagai syarat untuk masuk kedalam Kerajaan Allah.
Penyerahaan anak-anak juga berarti bahwa pengakuan kedua orang tua bahwa kanak-kanak itu bukan milik mereka tetapi milik Allah. Sehingga akan membangun pertanggungjawaban pertumbuhan anak dalam semua aspek kepada Tuhan yang memilikinya. Orang tua tidak lagi melihat anak-anak sebagai milik dan merasa menguasainya dan hal ini akan lebih mendorong pertanggungjawaban pemeliharaan kepada Tuhan. Begitu juga penyerahan anak membangun iman orang tua bahwa Tuhan terlibat langsung dalam pertumbuhan anak-anak tersebut sampai dewasa.
4. Ibadah Peneguhan Nikah. Kedua mempelai dalam pandangan pernikahan Kristen mengandung misteri yang mendalam. Kedua mempelai adalah bayangan Kristus dan sidang jemaatNya (Efesus 5:32-33). Betapa mulianya penikahan Kristen dimata Allah Bapa. Iblis ingin menghancurkan gereja Tuhan mulai dari unit yang paling kecil yaitu, apabila mampu meretakkan hubungan suami istri dalam keluarga Kristen. Berita pertama dalam Alkitab adalah tentang pasangan Allah di taman Eden. Demikian juga menjadi berita terakhir pernikahan Kristus dan gerejaNya sebagai mempelai wanita.
Hubungan suami istri Kristen adalah berita sorgawi, dan dikatakan sebagai rahasia yang dalam satu misteri, yaitu hubungan Kristus dan Jemaat. Dari situlah kebenaran pernikahan menjadi kebenaran sorgawi. Hubungan Kristus dan jemaat adalah bersifat kekal demikian pula hubungan suami istri adalah hubungan seumur hidup. Hanya kematian saja yang dapat memisahkan suami dan istri. “Apa yang telah dipersatukan oleh Allah, tidak boleh diceraikan manusia” (Markus 10:9).
Dari kebenaran diatas itulah menjadikan betapa indah dan mulianya upacara ibadah peneguhan nikah yang kudus didalam gereja. Begitu pula peneguhan nikah yang kudus suatu kerinduan dan pengharapan bahwa misteri hubungan Kristus dan jemaat yaitu hubungan Kristus dengan kedua mempelai sebagai jemaat Tuhan teraktualisasi dalam hubungan suami istri. Kasih Kristuslah yang membuat rumah tangga ada damai sejahtera sukacita penuh ucapan syukur dan melimpah dengan buah-buah kebenaran. Kerinduan itulah yang menjadikan ibadah Peneguhan Nikah Yang Kudus diakui sebagai sakramen dalam ibadah gereja-gereja pantekosta pada umumnya.