Ekklesiologi

Cara baptisan. Kata baptisan berasal dari kata Yunani “Baptizo” yang berarti diselamkan. Kata baptizo tidak dapat dikonotasikan sebagai sakramen yang tidak terikat dengan arti kata. Karena dewasa ini kelihatannya ada upaya ajaran yang mengkonotasikan kata baptisan yang tidak terikat dengan salah satu cara. Maksudnya, semua baptisan gerejani dengan cara yang berbeda-beda telah termasuk sempurna dalam konotasi baptisan. Artinya, baptisan selam, percik dan menuangkan air, dan mungkin ada cara lain lagi itu semua adalah sama hanya sebagai simbol , itulah konotasi baptisan.

Kata baptisan dalam Alkitab adalah definitif yang berarti diselamkan. Karena hanya dengan diselamkan sajalah maka perlambangan bahwa kita dibaptis kedalam kematianNya, penguburanNya dan kebangkitanNya tepat makna gambaran rohaninya (Roma 6:3-5). W.A Criwell, dalam bukunya “Great Doctrines of The Bible” menguraika tentang kata baptizo dalam tradisi Yunani, bahwa sejak zaman purba kata baptizo banyak dipakai dalam puisi atau cerita  kuno Yunani kesemuanya berarti menyelam kedalam air, diselamkan seluruhnya kedalam air (halaman 68-70). 

Dengan melihat Yesus dibaptis (Markus 1:10), sida-sida dari Ethiopia (Kisah 8:38-39), semuanya ada pernyataan bahwa mereka turun kedalam air dan keluar dari air sebagai bukti bahwa baptisan dilakukan dengan cara selam. Jelaslah bukti Alkitab bahwa baptisan dilakukan dengan cara menyelamkan seluruh tubuh kedalam air.

2. Sakramen Perjamuan Suci. Perjamuan suci yaitu kita makan dan minum tubuh dan darah Yesus sebagai tanda persekutuan dengan tubuh Kristus. Dalam 1 Korintus 11:20 sakramen ini dikatakan sebagai “Perjamuan Tuhan”, sedangkan dalam upacara yang sama dalam Kisah 2:42 dikatakan mereka berkumpul “memecahkan roti”. Perjamuan Suci adalah perintah dan ketetapan Yesus Kristus sendiri untuk dilaksanakan dalam ibadah GerejaNya. Lukas 22:19-20 “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikan kepada mereka, kataNya: ‘inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu, perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku’. Demikian juga diperbuatnya dengan cawan sesudah makan, Ia berkata: ‘cawan ini adalah perjanjian baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu’. Dalam 1 Korintus 11:25-26, Gereja Tuhan diminta untuk melakukan Perjamuan Suci ini sebagai peringatan akan Yesus. Kita didalam iman memperingati bahwa kita berada didalam Yesus Kristus sampai Ia datang kembali.

Gereja mula-mula selalu berkumpul setiap hari pertama dan mereka memecahkan roti dan makan dan minum tubuh dan darah Kristus. Dikatakan bahwa para rasul selalu berkumpul dan memecahkan roti. Memang tidak ada ketentuan dalam Alkitab tentang berapa banyak kali atau pada peringatan apa saja upacara perjamuan suci ini harus dilakukan. Hanya jelaslah, dikatakan bahwa para rasul selalu berkumpul memecahkan roti (Kisah 2:42). Begitu pula dalam 1 Korintus 11:26, “Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini…”. Rupanya perjamuan suci tidak mempunyai peraturan tertentu berapa kali harus dilakukan setiap tahun. Tetapi jelaslah bahwa sakramen ini adalah kehendak Yesus Kristus untuk dilakukan bagi GerejaNya.

Makna Perjamuan Suci. Kita harus mengakui bahwa apabila kita mengikuti upacara perjamuan suci sangat terasa bahwa ada sesuatu kekuatan rohani didalamnya. Makan dan minum perjamuan suci bahwa sesungguhnya oleh iman kita sedang terlibat persekutuan dengan tubuh dan darah Kristus dalam arti sesungguhnya. Walaupun kenyataannya bahwa yang kita makan itu hanya sepotong roti dan cawan berisi anggur. Kita sangat keliru kalau kita sifatkan itu hanyalah sebagai lambang tubuh dan darah Tuhan. Ketika penetapan perjamuan kudus, Tuhan Yesus mengambil roti dan berkata “inilah tubuhKu”. Tuhan tidak pernah berkata sebagai lambang. Baca Markus 14:22-251 Korintus 11:23-25. Karena itu sering terjadi mujijat sebagai manifestasi kuasa Allah pada upacara sakramen perjamuan suci. Rahasianya, orang percaya oleh iman sedang bersekutu dengan tubuh dan darah Yesus sesungguhnya. Perjamuan Suci bukan sekedar satu upacara sakramen dengan arti persekutuan dengan tubuh dan darah Yesus Kristus tetapi mengandung arti rohani:

(1). Perjamuan Suci adalah tanda gereja berada pada didalam dimensi Perjanjian Baru. Tanda Perjanjian Baru adalah Darah Yesus Kristus. Ditengah perjamuan malam itu Yesus berkata: “Cawan ini adalah Perjanjian Baru oleh darahKu, yang ditumpahkan bagi kamu”. (Lukas 22:20). didalam zaman Taurat atau masa Perjanjian Lama oleh penumpahan darah binatang, Israel mendapat pengampunan (Imamat 16:15-16). Perjanjian lama ditandai dengan grafirat darah binatang (Ibrani 9:6-7). Perjamuan Suci suatu pengaguman akan kebesaran Penebusan Darah Yesus Kristus. Perjanjian Baru telah melebarkan keselamatan dari satu bangsa ke segala bangsa dimuka bumi. Perjamuan suci mengandung unsur doksalogi yang patut gereja berikan kepadaNya (Ibrani 10:19-25).

(2). Perjamuan Suci Peneguhan Persekutuan. Pada waktu melaksanakan perjamuan itu, Yesus mengambil roti dan memecah-mecahkannya, kemudian dibagi-bagikan kepada murid-muridNya. Gereja adalah tubuh Kristus merupakan satu persekutuan oleh Roh Kudus yang tidak terpisahkan bersekutu dengan kepala yang ada di sorga. 

Lukas 22:19. Persekutuan dengan Tuhan Yesus Kristus didalam perjamuan suci adalah persekutuan Roh Kudus. Ketika Yesus berkata tentang roti bahwa ini adalah “TubuhKu” dan tentang cawan anggur sebagai “DarahNya”. Bukan berarti tentang roti adalah daging Tuhan yang sungguh (reality), demikian juga tentang anggur bahwa itu bukan cawan yang berisi Darah Kristus yang sesungguhnya. Roti dan anggur itu tetaplah sebagai materi roti yang sejati demikian pula anggur sebagai cairan anggur yang sejati. Imanlah yang menjadi transubstensi sehingga roti dan anggur berkhasiat tubuh dan darah Yesus sejati. Didalam iman maka perkara-perkara yang tidak ada menjadi ada. Iman bukanlah satu khayalan atau sugestif, tetapi kekuatan Illahi yang dapat mengadakan.

Setiap kali kita melaksanakan perjamuan suci bahwa kita menyegarkan dalam iman tentang persekutuan kita dengan Kristus yang berlaku terus menerus sampai realita yang sesungguhnya di Kerajaan Sorga.  (Markus 14:25). 

Leave a Reply