BAB II: RIBADI, STATUS DAN TUGAS MALAIKAT.
Penjelasan dalam bab ini agak berimpit dengan bab yang terdahulu, tetapi mempunyai nuansa yang perlu diperhatikan. Uraian tentang keberadaan eksistensi malaikat bersifat umum; uraian tentang pribadi dan status malaikat bersifat lebih formal atau khusus dan ada hal-hal yang diuraikan lebih terinci lagi.
1. Malaikat adalah pribadi. Pribadi artinya keadaan seseoran sebagai perseorangan. Dalam pribadi itu terdapat keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang tersebut, sehingga orang tersebut dapat dibedakan dengan orang lain. Inilah yang disebut kepribadian. Malaikat adalah pribadi atau oknum, karena masing-masing mempunyai sifat sendiri-sendiri, yang membedakannya dengan malaikat yang lain, atau pribadi-pribadi lainnya, seperti manusia. Walaupun tidak terlalu jalan, Alkitab cukup memberi isyarat untuk itu. Dalam berpribadi itulah letak kesamaan substansial antara malaikat dan manusia.
Dalam uraian tentang *pribadi* ini banyak kali dikaitkan dengan manusia sebagai pribadi untuk perbandingan. Dengan demikian kita dapat lebih mengenal dan mengagumi Allah yang Maha Pribadi itu.
Unsur-unsur yang membentuk suatu pribadi pada malaikat. Unsur penting bagi pembentukan suatu pribadi adalah adanya pikiran, perasaan dan keinginan yang independen, yang dengannya membentuk suatu pola tingkah laku. Jelas malaikat mempunyainya, yakni: pikiran, Yesaya 14:13a; perasaan, Lukas 15:10; keinginan, 1 Petrus 1:12.
Unsur penting lainnya bagi pembentukan suatu pribadi adalah adanya *tubuh rohani* atau *tubuh surgawi*. Alkitab dengan tegas mencatat bahwa kemuliaan tubuh surgawi lain dengan kemuliaan tubuh duniawi, 1 Korintus 15:40. Sudah jelas bahwa tubuh duniawi atau tubuh alami itu dibentuk dari tanah liat. Dalam tubuh duniawinya itu, manusia makhluk alami dan makhluk biologis. Sebagai makhluk alami kelangsungan kehidupan di dalam tubuhnya amat dipengaruhi oleh unsur-unsur alam yang menopang kehidupan. Sebagai makhluk biologis Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dengan segala konsekuensinya. Sudah pasti tubuh surgawi pada malaikat tidak sama dengan tubuh duniawi manusia. Tubuh surgawi bukanlah tubuh alami atau biologis. Hidup malaikat tidak tergantung pada unsur-unsur alami, dan karena malaikat bukanlah makhluk biologis maka malaikat tidak kawin seperti manusia atau hewan. Faktor tubuh amat mempengaruhi kepribadian seseorang, tentulah dengan tubuh surgawinya malaikat itu mempunyai pribadi yang mulia, lebih mulia daripada pribadi Adam ketika ia belum jatuh ke dalam dosa.
Malaikat tidak dapat mengingkari hakekat penciptaannya. Hakekat tubuh surgawi tidak sama dengan tubuh duniawi. Malaikat tidak dapat mengubah hakekat tubuh surgawinya menjadi tubuh duniawi, itu ada takdir oleh ke-Maha Kuasa-an Allah. Oleh penentuan Tuhan Allah, kelak manusia akan menjadi seperti malaikat, memiliki tubuh surgawi dan hidup seperti malaikat di Surga, Matius 22:29-31; Markus 12:24-25; Lukas 20:34-36.