1. Pengungkapan misteri minggu ke 70. Daniel 9:27. Banyak penafsir langsung menempatkan bahwa raja itu adalah si antikris sehingga mereka mengajarkan bahwa masa antikris adalah 7 tahun sesuai dengan minggu terakhir dalam minggu ke 70. Karena itu bagi penafsir yang percaya masa antikris ialah 7 tahun, percaya bahwa Bait Allah di Yerusalem harus dibangun kembali. Sebab ditengah minggu si antikris akan membuat perjanjian akan menjadi berat dengan mengehentikan korban sembelihan di Bait Allah. Disinilah penyebabnya, mereka menafsir tentang kuda putih dan penunggangnya dalam Wahyu 6:2, bahwa itu adalah antikris dengan segala kemenangannya. Karena sebelum antikris menghentikan korban sembelihan di Bait Allah dan akan duduk didalmnya untuk minta disembah sebagai Tuhan dan menguasai dunia, maka dia harus memperoleh kemenangan terus untuk membangun pemerintahan dunia dan disembah sebagai Allah (Wahyu 6:1-17, 2 Tes.2:1-8).
– Mereka menafsir bahwa raja itu adalah si antikris yang akan berperan penuh selama satu kali 7 masa atau 7 tahun, itulah sebabnya mereka langsung membangun ajaran sesuai dengan nubuatan Daniel 9:27, bahwa masa antikris selama 7 tahun yaitu penggenapan minggu ke 70.
– Sesuai dengan penafsiran tentang nubuatan, maka bagi tafsiran ini Bait Allah Yerusalem harus dibangun, karena antikris akan menghentikan korban di pertengahan minggu (setelah 3,5 tahun), kemudian dia akan duduk di Bait Allah tersebut dan memerintah dunia serta minta disembah sebagai Allah (2 Tes. 2:1-7).
– Sebelum antikris duduk di Bait Allah dan minta disembah sebagai Allah, dia harus mendapatkan kemenangan. Karena itu tafsiran tentang Kuda Putih dalam Wahyu 6:2, bahwa Kuda Putih tersebut adalah antikris.
Kelemahan tafsiran tentang masa aniaya adalah 7 tahun yaitu penempatan langsung minggu ke 70 di penghujung zaman sebelum kedatangan Yesus kedua kali, sebagai berikut.
Pertama: Mereka menafsir bahwa raja itu dalam ayat 27 adalah oknum antikris. Kata “Raja Itu” mestinya ada hubungan dengan ayat-ayat sebelumnya (baca Dan.9:25-27). Dengan menafsir Raja Itu adalah oknum antikris maka ayat 27 menjadi berdiri sendiri terpisah dari ayat-ayat sebelumnya. Sedangkan Daniel 9:25-27 ialah nubuatan 70 minggu merupakan satu kesatuan yang saling menggenapkan. Dengan menafsir bahwa raja itu adalah antikris telah meninggalkan kontekstual dari nubuatan itu sendiri.
Kedua: Nubuatan masa aniaya tujuh tahun telah memaksakan suatu kebenaran yang keliru dengan akan dibangunnya Bait Allah dimana sebentar perjanjian akan menjadi berat sebab antikris akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan. Itu berarti, bahwa tafsiran ini masih percaya bahwa kebenaran taurat tentang penyembelihan binatang sebagai pokok ibadah masih berlaku kepada bangsa ini. Sedangkan penghancuran Bait Allah oleh Titus telah dinubuatkan oleh Yesus untuk menghentikan semua korban sembelihan binatang. Setelah kematian Kristus Yesus sebagai Anak Domba Allah, maka Allah membenci semua korban sembelihan. Kebenaran Taurat tidak ada lagi, semua telah digenapkan didalam Tuhan Yesus Kristus (Yoh.1:29, Ibr.9:13-14, 10:1, 4).
Ketiga: Penafsir masa aniaya 7 tahun tidak menempatkan peranan Yesus sebagai Juruselamat dalam tafsiran 70 minggu, sebab memisahkan ayat 27 dan ayat-ayat sebelumnya. Karena penjelasan karya Kristus untuk menghentikan korban-korban sembelihan dan menggenapkan Taurat justru terletak pada ayat 27 tersebut. “Raja itu membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali 7 masa. Pada pertengahan 7 masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan…”. Secara hurufiah tafsiran masa aniaya 7 tahun begitu jelas dapat diterima. Tetapi tafsiran 7 tahun tribulasi banyak meninggalkan hakekat kebenaran terutama tidak menempatkan peranan karya Kristus dan kebenaranNya sebagai pokok nubuatan. Diantaranya masih menempatkan Taurat sebagai kebenaran Israel.
Pandangan kedua: Daniel 9:27, bahwa Raja Itu, keterangan ayat 25, menunjuk pada Yesus Kristus (Yang Diurapi). Membuat perjanjian menjadi berat bagi semua orang yaitu ketika Yesus menunjuk diriNya sebagai Messias dan sebagai Allah sangat melukai keyakinan kepercayaan agama Yahudi yang “Monotheisme”. Yesus Kristus sebagai Messias dan memproklamasikan misiNya membuat bangsa Israel sangat tersinggung. Hal-hal yang memberatkan Israel menerima misi Yesus adalah:
– Dia menyatakan diriNya sebagai Tuhan dan menghancurkan theologi Israel yang monotheisme, yaitu kepercayaan kepada Allah yang esa. Konsep Allah yang Tritunggal belum dipahami pada waktu itu. Pengakuan Yesus sebagai Tuhan dan Messias, dianggap telah menghujat Allah. Itulah sebabnya, misi Yesus sebagai Juruselamat ditolak bangsa ini (Yoh.12:45, 14:9). Pengakuan Yesus Kristus sebagai Messias dan Tuhan dianggap sebagai menghujat Allah (Imamat 24:16). Karena itu Yesus Kristus ditolak dan harus dihukum mati. Benarlah nubuatan Firman Allah, pengungkapan misi Yesus sebagai perjanjian yang baru tidak menyenangkan orang banyak. Yesus Kristus harus ditolak dan dihukum mati. Kematian Yesus Kristus sebagai Domba Allah terjadi setelah Dia melayani 3,5 tahun lamanya. Dia mati ditengah minggu untuk menghentikan korban sembelihan dan santapan sebab Dia sebagai penggenap semua sistem korban dalam Taurat (Ibrani 9:11-14).
– Konsep Messias bagi Israel adalah datangnya seorang raja akan menetapkan kembali tahta Daud dan sekaligus melepaskan dan membebaskan Israel dari penindasan dan pendudukan kerajaan Romawi. Sejak penghancuran dan pembuangan Israel ke Babel oleh Raja Nebukadnezar (tahun 606 SM), maka bangsa ini silih berganti dijajah oleh raja-raja asing. Mereka merindukan satu Messias untuk membebaskan dan menjadikan Israel kembali menjadi kerajaan besar berdaulat ditakuti negeri sekitar seperti pada zaman Raja Daud.