VI. ASAL-USUL DOSA
1. Masuknya dosa ke alam semesta. Kitab Suci menunjukkan dengan jelas bahwa mahluk moral yang pertama diciptakan adalah rombongan malaekat, dan bahwa Lucifer dan malaekatnya adalah pendosa-pendosa pertama dan yang asli. Jadi dosa mulai di sorga di antara orde malaikat. Kemudian turun ke bumi di mahluk penggoda yaitu iblis.
Lucifer adalah mahluk malaekat, penghulu malaekat, yang dipakaikan dengan hikmat, terang dan keindahan. Ia ditugaskan sebagai pemimpin di dalam pelayanan penyembahan. Ia diurapi menjadi kerub yang mengawal takhta Allah. Ia tidak bercela di dalam tingkah lakunya sejak penciptaannya. Ini ada padanya sampai didapati ada kecurangan kepadanya. Keadaan dari Lucifer dapat dilihat dari Firman Tuhan yang menggambarkan mengenai raja Babel, seperti yang tertulis dalam Yesaya 14:12-14, dan raja Titus seperti tertulis dalam Yehezkiel 28:1-19.
Esensi yang ada pada Lucifer yaitu keterpusatan-diri, yang menyatakan dalam tritunggal dosa: kesombongan, ketamakan ( hawa nafsu ) dan kehendak-diri.
a. Kesombongan. Lucifer menjadi sombong ( Yehezkiel 28:5 ), dan berkata ia adalah Allah ( ayat 2 ), dan menempatkan diri sama dengan Allah ( ayat 6 ). “Kecongkakan mendahului kehancuran, dan tinggi hati mendahului kejatuhan.” ( Amsal 16:18 ).
b. Ketamakan atau hawa nafsu. Lucifer menyatakan keinginan yang tamak waktu ia berkata: “Aku hendak naik mengatasi awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi” ( Yesaya 14:14 ). Ia menginginkan posisi Allah dan penyembahan yang hanya menjadi hak Allah. Ia bangkit melawan Firman, Allah yang benar.
c. Kehendak diri. Nabi Yesaya dalam membicarakan kejatuhan Lucifer, mendaftarkan lima ungkapan kehendak-diri ( Yesaya 14:13,14 ).
(1) Menaikkan diri. “Aku hendak naik ke langit.”
(2) Pengangkatan diri. “Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah.”
(3) Penobatan diri. “Aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara.”
(4) Kepercayaan diri. “Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan.”
(5) Pemujaan diri. “Aku hendak menyamai Yang Mahatinggi.”
Kehendak-diri menjadi dosa-benih dari semua dosa. Semua buah dosa ada di dalam bentuk benih itu.
Jadi iblis, mahluk roh dan malaekat, mahluk moral dan berkehendak bebas yang diciptakan, bangkit melawan Allah Pencipta, dengan kesombongan, ketamakan dan kehendak diri penuh pemberontakan. Tetapi iblis bukannya naik melainkan jatuh.
Iblis adalah pendusta pertama, yang bertanggungjawab atas masuknya dosa ke alam semesta. Ia memimpin pemberontakan malaekat, dan akhirnya adalah kejatuhan manusia melalui Adam.
2. Masuknya dosa ke dalam manusia. Dalam Kejadian 3:1-6 kita mendapat laporan tentang godaan pada manusia dan masuknya dosa ke dalam ras manusia. Percobaan pada manusia terpusat di sekitar suatu pohon di Taman Eden, pohon pengetahuan baik dan jahat. Secara khusus meliputi kedengar-dengaran pada perintah Allah yang diberikan di Kejadian 2:17. Manusia boleh makan dari semua pohon, kecuali buah yang dilarang, buah pohon pengetahuan baik dan jahat. Di sini manusia diperhadapkan pada pilihan, kepatuhan atau ketidakpatuhan pada kehendak Allah. Manusia juga mengetahui konsekuensi pilihannya yaitu kematian atau kehidupan. Sebagai mahluk yang berkehendak bebas, ia mempunyai kuasa untuk memilih.
Di dalam percobaan pada manusia, Allah mengijinkan Iblis, pendosa yang pertama itu, untuk mencobai manusia. Cobaan pada manusia meliputi:
a. Pencobaan yang menyangkut tubuh, jiwa dan roh. Waktu Allah mengijinkan Adam dan Hawa dicobai ular, mereka digoda dalam:
(1) Tubuh, yaitu keinginan daging. “Pohon itu baik untuk dimakan.”
(2) Jiwa, yaitu keinginan mata. “Pohon itu sedap kelihatannya.”
(3) Roh, yaitu kesombongan hidup. “Pohon itu menarik hati karena memberi pengertian “Kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”
Jadi manusia di dalam ketritunggalannya dicobai menurut ketiga hal yang disebutkan di 1 Yohanes 2:15-17. Jadi waktu manusia jatuh, manusia jatuh secara tubuh, jiwa dan roh, yaitu manusia berdosa dalam tubuh, jiwa dan roh. Ini menyebabkan kerusakan total.
b. Pencobaan dalam hal keinginan, kesombongan dan kehendak-diri.
(1) Pencobaan menyangkut keinginan. Allah telah memberikan kepada manusia lima instink mendasar yaitu:
a). Hukum pemeliharaan diri, yang memungkinkan manusia memelihara dirinya.
b). Hukum penambahan diri, yang memungkinkan manusia memperoleh kebutuhan hidup untuk mencukupi diri.
c). Hukum pemberian makan pada diri, yaitu instink mencari makan.
d). Hukum pembiakan diri, yaitu instink kelamin, yang dengannya manusia bertambah-tambah.
e). Hukum penonjolan diri, yang dengannya manusia dapat menaklukkan dan menguasai bumi.