A. Perlengkapan Keselamatan
- Kasih Karunia
Dalam Bahasa Grika, kasih karunia adalah “charis” yang berarti pemberian yang dilakukan dengan bebas tanpa adanya tuntutan atau harapan pengembalian . Dalam bahasa latin adalah “gratia” (kata benda), “gratis” (kata sifat). Kasih karunia adalah anugrah yang tak selayaknya diterima, yang tak semestinya dan yang tak sepantasnya dianugerahkan kepada orang berdosa. Anugerah itu tidak seharusnya diterima karena manusia seharusnya mendapat murka Allah (Rom.9:22), tidak sepantasnya diterima karena manusia tak dapat menerimanya dengan bekerja (Ef.2:1-9, Tit.3:4-7), dan tidak pada tempatnya diterima karena pada manusia tidak ada sesuatu yang pantas menerimanya (Rom.2:23-25).
Menurut W.E Vine bahwa dipihak pemberi, dalam kasih karunia adalah kecenderungan yang bersahabat yang memunculkan tindakan yang baik hati, yang berkemurahan, penuh kasih setia, yang berkemauan baik secara umum. Dalam hal ini ada penekanan pada kebebasan dan universal serta sifatnya yang spontan, seperti misalnya dalam kemurahan penebusan oleh Allah serta kesukaan atau kesenangan yang dirancangkan bagi penerima. Oleh sebab itu kasih karunia bertentangan dengan hutang (Roma 4:4,16), dengan pekerjaan (Rom.11:6), dengan Taurat (Yoh.1:7), dipihak penerima ada perasaan dikasihi, perasaan berterima kasih (1 Tim.1:12).
Bila diaplikasikan pada keselamatan, kasih karunia berarti bahwa apa yang dituntut Allah yang kudus dan benar pada kita, telah disediakan olehNya sendiri. Keselamatan orang berdosa Adalah pada standard absolut dari kebenaran Allah dan kasih karunia Allah telah mengadakan kebenaran yang dikehendaki dan dituntutNya. “Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka”. (2 Kor.5:19).
Kasih karunia berasal dari hati Allah Bapa (Rom.1:5,7), mengalir pada kita melalui Tuhan Yesus Kristus (Yoh.1:17). Orang percaya dibenarkan oleh kasih karunia (Rom.3:24), diselamatkan oleh kasih karunia melalui iman dan bukan oleh pekerjaan (Ef.1:6,7; 2:5,8).
Roh Kudus adalah Roh kasih karunia (Ib.10:29) dan orang percaya tidak boleh menggagalkan kasih karunia Allah dalam hidupnya (Gal.2:21, Bir.12:25).
Jadi manusia telah jatuh dalam dosa, tidak dapat menyelamatkan diri sediri. Manusia tak dapat membayar supaya ia selamat. Tetapi Allah telah menyediakan jalan keselamatan yaitu melalui Yesus Kristus, yang telah lahir, mati, dibangkitkan dan telah naik kembali ke surga. Pengadaan keselamatan bagi setiap orang yang menerima Yesus Kristus sebagai juruselamat tanpa membayar harga keselamatan, itulah kasih karunia Allah. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman dan bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah”.(Ef.2:8).
Penjelasan atas pemahaman yang keliru tentang kasih karunia.
Ada kalangan yang mengatakan bahwa kasih karunia Allah itu tak dapat dihalang-halangi atau “irresistible grace” . Pandangan ini berkaitan dengan keyakinan pemilihan tak bersyarat. Karena seseorang telah dipilih Allah untuk selamat, bagi dia kasih karunia akan datang, tanpa memperhitungkan responnya kepada panggilan Allah, sehingga kasih karunia yang menyelamatkan itu tidak dapat digagalkan oleh siapapun. Pandangan bahwa kasih karunia Allah tak mungkin dihalang-halangi adalah pandangan yang keliru dan perlu dijelaskan kekeliruannya dan kemudian diluruskan.
Kasih karunia Allah adalah Yesus mati untuk menebus manusia. Kristus mati untuk semua manusia (2 Kor.5:15). Kasih karunia Allah menyelamatkan semua manusia (Tit.2:11). Namun walaupun kasih karunia adalah untuk semua manusia, tetapi tidak semua manusia selamat, karena keselamatan itu bersyarat. Mereka yang menerima Yesus itulah yang selamat (Yoh.1:12). Yang menerima Yesus sebagai juruselamatnya, yaitu yang menyambut kasih karunia Allah kepadanya. “Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum, barangsiapa tidak percaya, ia telah berada dibawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah” (Yoh.3:18). Orang yang tidak percaya, itulah orang yang menolak menerima kasih karunia Allah. Dan orang yang menolak kasih karunia Allah bukan karena ia tidak berhak atas kasih karunia Allah, tetapi karena ia menyia-nyiakan kesempatan untuk selamat. Orang yang tidak percaya itu menghalang-halangi kasih karunia Allah yang datang kepadanya. Dengan demikian terbukti bahwa kasih karunia Allah bukannya tak dapat dihalang-halangi.
Ditempat lain kasih karunia digambarkan sebagai sesuatu yang harus dimasuki. Supaya selamat maka manusia harus masuk dengan iman kedalam kasih karunia “Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk kepada kasih karunia ini” (Rom.5:2a). Kasih karunia harus dihampiri dengan keberanian iman “Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri tahta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya: (Ibr.4:16).
Jadi ajaran bahwa kasih karunia tidak dapat dihalang-halangi adalah keliru. Manusia yang tidak percaya, tidak mau bertobat, menghalang-halangi kasih karunia Allah. Manusia yang tidak percaya menghalang-halangi dirinya untuk masuk dengan iman kedalam kasih karunia Allah. Ajaran sehat yaitu bahwa manusia selamat karena kasih karunia Allah saja, yaitu keselamatan sudah dkerjakan oleh Yesus Kristus dan tersedia dengan cuma-cuma tanpa membayar. Tetapi untuk berada didalam keselamatan yang tersedia itu harus masuk dengan iman, “supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karuniaNya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita”.(Tit.3:7). Setelah berada didalam keselamatan didalam kasih karunia, “bertumbuhlah dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” (2 Pet.3:18).