Tahun 1940- 1950

Pdt.H.N.Runkat (Ketua) – Jakarta

Pdt.S.I.P.Lumoindong – Semarang

Pdt.R.M.Soeprapto – Malang

Pdt.R.O.Mangindaan – Mojokerto

Pdt.Liem Bian Hok – Tulungagung

Pdt.L.Nanlohy – Lumajang. 

Tahun 1946, Pdt.Tan Hok Tjwan keluar dari ‘de Pinksterkerk in Nederlandch Indie’ dan mendirikan Sing Ling Kau Hwee yang kemudian pada tahun 1957 menjadi Gereja Isa Almasih.

Selama lima tahun pemerintah Jepang menduduki Indonesia, penginjil-penginjil dari Bethel Temple menjadi saluran berkat bagi banyak jemaat disini. Bulan Maret tahun 1947, Joe dan Jean McKnight berserta anak mereka, Joann, Evelyn Thiederman, Pdt.W.W.Patterson dan keluarga, Carol Jessup, berlayar kembali menuju Indonesia.

Perintis kabar Pantekosta di kepulauan Sangir Talaud adalah ibu Pdt.Saripada. Ia memulai pekerjaan di Manganitu, sebuah desa di Sangir besar. Kemudian disusul dengan kedatangan Kel.Piang Tjoen Hong yang meneruskan pekerjaan yang pernah dirintis oleh Ibu Saripada. Pdt.Piang Tjoen Hong kemudian membuka pekabaran Injil di Tahuna (Ibu kota Kabupaten Sangir Talaud). Kel.Piang Tjoen Hong sangat menderita dalam hidupnya. Piring makannya dari seng, dan kaleng menjadi tempat minumnya. Ia sangat menderita karena Injil, sampai ia mati. Kemudian datang keluarga Pdt.D.L.Masie melanjutkan perjuangan Pdt.Piang Tjoen Hong.

Pada bulan September 1948 datang ke Manganitu, Tahuna serombongan pendeta dari Manado yaitu: Pdt.S.J.Sito, Pdt.C.M.EliasPdt.C.A. Lahinda dan ex angkatan 1 Sekolah Alkitab Langowan Sdr.S.Sriyoto dengan accordionnya. Lawatan ini dilanjutkan ke P.Siau dan ditempat ini mereka mengadakan kebaktian perdana, kemudian mereka pulang ke Menado. Rupanya Roh Tuhan menggerakkan hati Sdr.S.Sriyoto saat itu dan ia merasa terpanggil melayani pekerjaan di P.Siau. Olehnya dengan menumpang kapal motor Perindo Sdr.Sriyoto pada tanggal 8 Desember mendarat di Hulu-Siau. Maka pada tanggal 11 Desember 1948 Sdr.Stefanus Sriyoto dengan resmi memulai pelayanan di Hulu-Siau. Kebaktian dimulai dengan Kebaktian Sekolah Minggu dan ia memainkan accordionnya supaya banyak membantu mengerahkan massa di Siau. Maka segera dimulai kebaktian orang dewasa juga. Hingga pada bulan Januari 1949 sudah terdapat 50 anak dan orang dewasa yang mengikuti kebaktiannya. Dan sesudah 3 bulan diadakan baptisan air bagi 13 jiwa. Puji Tuhan. Tahun berikut dibuka kebaktian di Pehe, dan tahun berikutnya lagi dibuka kebaktian di Ondong.

Leave a Reply