VI. INSPIRASI KITAB SUCI
Alkitab adalah buku yang tak mungkin salah dan tak dapat disalahkan – sebuah Buku dimana kata-katanya, frasa-frasa dan kalimat-kalimatnya, waktu ditulis aslinya, tidak berisi kesalahan apapun. Buku ini memang ditulis oleh manusia yang telah jatuh, lemah dan berdosa. Manusia dapat salah mengerti, salah menafsir, kurang dalam mengingat, malahan dapat berbohong.
Namun dikatakan Buku itu tidak berisi kelemahan-kelemahan manusia penulisnya. Pernyataan ini mengatakan bahwa apa yang ditulis sungguh-sungguh benar dan bahwa semua yang harus ditulis tak ada yang terlupakan. Hal ini sukar untuk dipercaya dapat ditulis manusia yang telah jatuh. Juga ditambah dengan kenyataan bahwa tidak kurang dari 40 orang yang berbeda-beda yang hidup dalam jangka waktu 1500 tahun, yang masing-masing tak saling mengenal, namun yang tulisan-tulisan mereka ternyata tak ada yang bertentangan. Hanya mujizat yang memungkinkan hal ini. Mujizat itu adalah misteri dan mujizat Inspirasi Ilahi.
A. Definisi Inspirasi.
Alkitab mengungkapkan mengenai sumber dari keagungan itu “Semua tulisan yang diilhamkan Allah” ( 2 Timotius 3:16 ). Kata kuncinya adalah “diilhamkan” ( Grika: theopneustos ) yang secara harafiah berarti dinafasi Allah. Ini tidak berarti bahwa para penulis “dinafasi oleh Allah”, tetapi bahwa firman itu dihasilkan oleh nafas yang kreatif dari Allah. Jadi Kitab Suci adalah hasil Ilahi. Dalam 2 Petrus 1:21 dikatakan: “Oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” Demikianlah tulisan di Alkitab tidak dihasilkan oleh kehendak manusia pada suatu waktu, melainkan manusia menulis apa yang dari Allah, yang dihasilkan oleh Roh Kudus.
B. Perbedaan di antara Wahyu, Inspirasi dan Iluminasi.
Penting bagi kita untuk membedakan Wahyu ( Revelation ), Inspirasi ( Inspiration ), dan Iluminasi ( Ilumination ). Wahyu adalah tindakan Allah yang dengannya Ia mengkomunikasikan secara langsung kebenaran yang tidak diketahui sebelumnya dengan cara apapun. Inspirasi adalah tentang komunikasi kebenaran. Wahyu menemukan kebenaran baru, sementara inspirasi mengawasi pengkomunikasian kebenaran yang ditemukan itu.
Kita perlu memperhatikan bahwa tidak semua yang di Alkitab itu diungkapkan secara langsung kepada manusia. Ada banyak sejarah dan pengamatan pribadi yang tercatat di Alkitab. Yang harus diyakinkan bahwa yang dicatat di Alkitab adalah benar. Roh Kudus mengarahkan dan mempengaruhi para penulis, sehingga dengan inspirasi mereka tidak melakukan kekeliruan mengenai fakta dan doktrin. Alkitab merekam firman dan tindakan Allah, manusia dan bahkan yang dari iblis. Oleh sebab itu perlu diperhatikan mengenai siapa yang berbicara. Jadi walaupun semua yang di Kitab Suci itu diinspirasikan, namun bukan semua kalimat yang dilaporkan di sana dimeteraikan dengan otoritas Ilahi. Demikian pula tidak semua disetujui secara ilahi setiap tindakan yang ada kaitan dengan mereka yang biografinya dibicarakan.
Sebagai contoh dalam buku Ayub, inspirasi itu memberikan ketepatan mengenai apa yang dikatakan Allah, yang dikatakan oleh setan, Ayub dan ketiga sahabatnya; namun tidak semua yang diucapkan mempunyai nilai otoritas yang sama. Setiap yang berbicara bertanggung jawab atas apa yang dikatakannya. Dan tak ada jaminan bahwa perkataan Setan, Ayub dan ketiga sahabatnya adalah inspirasi Allah. Mereka masing-masing membawakan pendapat mereka; dan inspirasi adalah bahwa tak ada di antara mereka yang ucapan mereka salah direkam, dan bahwa setiap mereka berbicara sesuai dengan keadaan atau sentimen yang ada padanya, yang menurut Kitab Suci demikian.
Iluminasi adalah mengenai pengaruh Roh Kudus, biasa bagi semua orang Kristen, yang menolong mereka memahami hal-hal yang dari Allah. Iluminasi hal-hal rohani dijanjikan kepada semua orang percaya dan dapat dialami oleh mereka.
C. Arti dari Inspirasi.
1. Pandangan kalangan Liberal tentang Inspirasi.
Pandangan teolog liberal secara khusus terungkap dalam pernyataan: “Alkitab berisi Firman Allah.” Ini menyarankan bahwa Alkitab juga berisi sebagian perkataan manusia. Bahayanya di sini bahwa manusia dapat memilih mana yang Firman Allah dan mana yang bukan Firman Allah.
2. Pandangan Neo-ortodoks tentang Inspirasi.
Secara singkat pandangan ini adalah pernyataan: “Alkitab menjadi Firman Allah.”
a. Pandangan yang eksistensial dari Karl Barth.
Pandangan ini mengajarkan ada banyak kesalahan manusiawi dan ketidaksempurnaan di dalam Alkitab. Tetapi Alkitab menjadi Firman Allah bila ia memilih menggunakan saluran yang tidak sempurna ini untuk memperhadapkan manusia dengan Firman-Nya yang sempurna. Ini terlaksana dengan terjadinya perjumpaan di antara Allah dan manusia dalam suatu tindakan wahyu. Dalam pengalaman eksistensial ini – yang disebut perjumpaan krisis – maka gumpalan-gumpalan yang tak berarti di halaman melompat dari Alkitab dan berbicara kepada manusia secara tepat dan berarti. Pada saat berarti inilah Alkitab menjadi Firman Allah kepada orang percaya.
b. Pandangan demitologis dari Bultman dan Neibuhr.
Alkitab harus dibersihkan dari dongeng ( mite ) agama supaya memperoleh arti yang sebenarnya dari kasih Allah yang memberi-diri di dalam Kristus.
Seseorang harus mencari di balik catatan sejarah, dengan dongeng dan kesalahannya di Alkitab, untuk menemukan yang super-historis itu. Jadi, Alkitab menjadi wahyu, bila dengan penafsiran yang sebenarnya ( demitologis ) seseorang diperhadapkan dengan kasih yang absolut yang dikemukakan dalam “mite” kasih Allah yang tak-mementingkan-diri di dalam Kristus.