Bibliologi

Ahli-ahli menyimpulkan bahwa buku-buku Taurat mulai dikanonkan di masa Ezra ( 444 SM ); buku-buku Nabi-nabi dikenal sebagaimana sekarang pada sekitar tahun 200 SM dan bahwa tulisan-tulisan mendapat kewenangannya pada sekitar tahun 100 SM. Jadi ada 3 kelas tulisan yang di antara sekitar tahun 450 SM sampai 100 SM yang berada di atas sebagai dasar, yang perlahan-lahan menjadi berwewenang. Tidak diragukan lagi bahwa pada masa Yesus Kristus, Kitab Suci Perjanjian Lama sudah menjadi kanon. Di antara kesaksian mengenai hal ini ada di Lukas 24:27, “Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

Dalam Alkitab Kristen ada 39 buku di Perjanjian Lama, sementara Perjanjian Lama Yahudi berisi 24 buku. Perbedaan ini terjadi karena 12 buku Nabi-nabi Kecil ( dari Hosea sampai Maleakhi ) hanya merupakan satu buku; juga buku-buku yang merupakan satu buku yaitu: 1,2 Samuel; 1,2 Raja-raja; 1,2 Tawarikh dan Ezra-Nehemia. Jadi tak ada perbedaan perkataan di dalamnya. Ahli sejarah Yahudi, Yosephus, menghitung hanya 22 buku, karena ia menggabungkan Rut dengan Hakim-hakim, Ratapan dengan Yeremia.

B. Apokrifa. Apokrifa menunjuk kepada buku-buku Apokrif, yaitu 14 buku yang ditambahkan pada Perjanjian Lama, yang dianggap oleh sebagian kalangan sebagai kanon Perjanjian Lama, terutama kalangan Katolik Roma. Kalangan Protestan biasanya tidak mencantumkan Apokrifa dalam Alkitab. Secara harafiah Apokrifa berarti yang tersembunyi atau yang dirahasiakan. Septuaginta ( LXX ), yaitu terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Grika yang dilakukan di antara tahun 280 M dan 180 M berisi buku-buku Apokrifa ini. Yerome memasukkan juga Apokrifa dalam terjemahan Perjanjian Lama yang disebut Vulgata. Kalangan Protestan tak memasukkan buku-buku Apokrifa dalam Alkitab karena tidak konsisten dengan doktrin. Keempatbelas buku yang tergolong Apokrifa adalah sebagai berikut: 1 Esdras, 2 Esdras, Tobit, Yudit, Sisa dari Ester, Hikmat Salomo, Pengkhotbah, Barukh dan surat Yeremia, Nyanyian Tiga Anak Kudus, Sejarah Susana, Bel dan Naga, Doa Manase, 1 Makabe, 2 Makabe.

C. Kanon Perjanjian Baru. Buku-buku Perjanjian Baru ditulis pada parohan kedua abad pertama. Waktu Gereja Kristen baru mulai, mereka hanya memiliki Perjanjian Lama sebagai dasar untuk iman mereka, ditambah dengan perkataan Yesus Kristus dan perkataan-perkataan para Rasul. Dengan demikian tulisan-tulisan para Rasul yang menjadi Injil-injil dan tulisan-tulisan lainnya digunakan bersama-sama dengan Perjanjian Lama yang sudah ada sebelumnya. Mengenai kewenangan para rasul, itu adalah karena pergaulan langsung dengan Yesus Kristus. Yohanes mengatakan mengenai hal ini, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga…” ( 1 Yohanes 1:3 ). Petrus mengatakan bahwa mereka “adalah saksi mata dari kebesaran-Nya” ( 2 Petrus 1:16 ).

Dengan demikian orang-orang percaya dikatakan bahwa “mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.” ( Kisah 2:42 ).

Leave a Reply