Selama pertengahan dan akhir tahun 1950an, Morgan dan Mabel Peterson bergabung dengan Don dan Carol didalam kebaktian Raya dilapangan terbuka didaerah Manado. Tuhan mencurahkan Roh Kudusnya dan banyak orang diselamatkan serta disembuhkan dari penyakit didalam kebaktian-kebaktian ditempat-tempat terbuka tersebut. Mae Perish menjawab panggilan Tuhan didalam hidupnya sebagai penginjil di Indonesia. Pada bulan Juli tahun 1957, Ia berlayar menuju pulau Jawa dan lanjut ke Sulawesi Utara untuk bergabung bersama keluarga Peterson disana. Sementara itu, Mike Hanas meninggalkan Bethel Temple pada tahun 1958 dan berlayar menuju ke Sorong, Irian Jaya, untuk membantu pelayanan dari Bob dan Mary Edmondson berikut pendeta-pendeta penduduk asli disana.
Pada tahun 1956, seorang bernama Soeng Sing Foek menerima kesembuhan illahi dalam suatu KKR di Stadion Teladan Medan yang saat itu dilayani oleh Pendeta W.H. Bolang dari Jakarta. Bapak ini tergerak membeli sebuah rumah besar terletak di Jl. Letjend.S.Parman (dahulu Jl. Padang Boelan) dan dipersembahkan kepada GPdI untuk menjadi rumah ibadah. Pada tahun 1957 Bp.Pdt.A.W.Wakkary, gembala GPdI di Bandung, pindah ke Medan dan menjadi Gembala GPdI Jl.Padang Boelan. Tahun 1971 tanggal 11 Agustus Bp.Pdt.A.W.Wakkary dipanggil pulang oleh Allah Bapa di Sorga. Penggembalaan jemaat kemudian diteruskan oleh Ibu Pendeta R.N.Wakkary Sorongan. Tahun 1969 pada musyawarah besar GPdI di Surabaya, Bp.M.D.Wakkary dengan resmi dilantik menjadi Pendeta GPdI. Pada tanggal 1 Januari 1981, karena alasan kesehatan Ibu Pdt.R.N.Wakkary Sorongan menyerahkan tugas penggembalaan kepada Bp. M.D.Wakkary. Tahun 1989, Gembala Emeretus Ibu Pdt. R.N. Wakkary Sorongan dipanggil pulang ke Rumah Bapa. Renovasi demi renovasi gedung gereja terus dilakukan menyesuaikan dengan jumlah jemaat yang terus bertambah. Saat ini gedung gereja telah diperluas hingga memiliki ukuran 34 x 34 m persegi, tiga tingkat, dengan luas lahan lebih kurang 2.500 m persegi.
Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Alkitab di Langowan tahun 1956, Sdr.Thomas Wlinggi kembali dan berpraktek dibawah asuhan Pdt.E.Lesnussa di Ujungpandang. Kemudian Ia mengadakan pelayanan di kota Pinarang (dekat Pare-pare) pada tahun 1958 lalu ke Polwali, Bone, Waka, Benteng, dan Perkasanda (daerah Bugis). Namun Ia terpanggil membuka Pelayanan di Sulawesi Tenggara. Karena itu dari Bone ia menerobos ke desa Pemelah Dewa Dewi. Perintisan ditempat ini dimulai dengan bercocok tanam ubi kayu. Di tempat ini Allah menunjukkan mujizatNya. Sebuah gubuk kecil 3 x 4 m dibangun untuk dipergunakan sebagai tempat ibadah dan sebagian untuk tempat berteduh dengan 3 anaknya. Mujizat terjadi pula di tempat ini, orang mati didoakan bangkit kembali dan 13 orang dibaptis dengan air. Gereja direnovasi dengan dinding bambu, kemudian direnovasi lagi hingga ukuran gereja 8 x 19 m, semi permanent. Dari tempat ini ia mengembangkan sayap dan membuka pelayanan di Langori, Towua 11, Hukohuko, Tinondo, Taoree Sp 111, Toare Sp 11 , Welulu, Transad, Wolo. Sekarang di Sulaewesi Tenggara sudah ada lebih dan 60 sidang jemaat.