Pada tahun 1934, istri dari Rev.Groesbeck sakit kakinya, dan berobat di Semarang. Dokter menyatakan bahwa ia terkena penyakit reumatik, dan harus berjalan dengan tongkat, tetapi kemudian ternyata beliau dinyatakan sakit kanker payudara. Untuk pengobatannya ia dibawa ke Surabaya, dan seorang wanita pemilik rumah memberikan sebuah kamar untuk dihuni. Namun dokter tidak sanggup mengobati lagi, dan akhirnya ibu Groesbeck meninggal dunia pada tahun 1934 dan dikuburkan di Surabaya.
Kemudian keluarga ini kembali ke Solo, namun Rev.Groesbeck agak kurang antusias lagi. Ia mulai membangun jemaat di Madiun, Klaten dan beberapa kota lain di Jateng dan ada banyak suku Jawa yang kenal Kristus. Kemudian beliau memutuskan menjadi penginjil dari kota ke kota lain. Semasa hidupnya ibu Groesbeck merupakan seorang pengkhotbah yang baik dan biasa berkhotbah menggantikan Rev.Groesbeck bila beliau tidak ada ditempat. Setelah beberapa lama kemudian mereka memutuskan menjual perabot rumah dan pindah ke Surabaya. Rev.Groesbeck membantu mengajar di Sekolah Alkitab, karena Rev.W.W.Patterson sudah memulai Sekolah Alkitab di sana, pada tahun 1935. Setelàh pernikahan Jennie, Rev.Groesbeck dan Corrie kembali keladang Tuhan pada Agustus 1939. Mereka datang ke Indonesia bersama dengan Ray dan Beryl Busby. Mereka berada di kota Surabaya dalam pelayanan kebaktian dirumah-rumah, namun sewaktu Perang Dunia II pecah, mereka harus meninggalkan Indonesia bersama dengan missionari lain. Mereka sudah mencoba datang ke konsulat Amerika untuk memohon nasihat dan kemudian dinasihatkan kemana mereka pergi harus membawa surat surat penting. Ada beberapa diantara orang-orang asing yang mengungsi ke gunung-gunung. Namun akhirnya dengan kapal terakhir kami harus kembali ke Amerika.
Perkembangan jemaat di berbagai tempat menuntut tenaga- tenaga terlatih yang sanggup memenuhi tantangan zaman, karenanya pada tahun 1935 lahirlah inisiatif untuk mengadakan Lembaga Pendidikan Alkitab. Sekolah Alkitab pertama gereja Pantekosta dibuka oleh penginjil William West Patterson di Surabaya, Jawa Timur pada bulan Januari 1935 yang diberi nama Nederlandsche Indie Bybel Institut (NIBI) bertempat di JI. Embong Malang 63, dengan dibantu oleh Pdt. F.G.Van Gessel, Rev. Johnson, Pdt.H.N Runkat, Pdt.W.Mamahit dan banyak lagi pelopor-pelopor dari Bethel Temple yang turut membantu sehingga ada kurang lebih lima belas Sekolah Alkitab didirikan serta dioperasikan dibawah orang-orang kebangsaan Indonesia termasuk juga guru-guru yang mengajar. Namun dengan pecahnya Perang Dunia II, maka Rev.W.W.Patterson harus kembali ke Amerika dan Nederlandsche Indie Bybel Institut ditutup.
Pada suatu hari di tahun 1935 ketika F.G.Van Gessel yang berkebangsaan Belanda ini membaca Alkitabnya, beliau baru saja pulang dari Pacet, daerah pegunungan di Jawa Timur. Di sana beliau bergumul dalam doa puasa bersama hamba-hamba Tuhan lainnya selama tiga hari.
Ketika membaca Yohanes 1:14 beliau menerima wahyu Tuhan. Tidak seperti biasanya ayat itu dibaca sebagai: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita”. Beliau membacanya seperti yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kata “berdiam” diganti dengan kata “tabernakel”. Jadi ayat itu menjadi “Firman itu menjadi daging dan bertabernakel di antara kita”.