Melihat keadaan yang menyedihkan itu, seorang ibu anggota gereja bernama Ny.Smith yang suaminya bekerja sebagai pegawai tinggi pada Perusahaan Kereta Api telah membuka kebaktian De Pinkster Gemeente di jalan Sindunegaran, Bumijo. Selanjutnya pada tanggal 20 Agustus 1935 seorang tokoh pengusaha bis Go Djoen Bok mengusahakan rumah yang lebih strategis di jalan Tugu Kulon (sekarang Jl.P.Diponegoro) no 28 hingga sekarang. Sedang tempat kebaktian di Ronodigdayan karena keuangan gereja lebih lemah dibanding dengan gereja di Tugu Kulon kemudian dipindahkan ke Bausasran Kidul dibawah pimpinan Pdt.Christ Van Thiel. Antara tahun 1935-1936 dibuka lagi dua gereja masing – masing oleh Pdt.Johan Van Der Lip dengan nama Pinkstervreugd di jalan Ngupasan dan Pdt.Piet Van Der Lip dengan nama Pinksterzending di Sosrowijayan.
De Pinkstergemeente Bausasran semakin berkembang sehingga pada tahun 1937 tempat kébaktian tidak bisa menampung jemaah dan dipindahkan ke jalan Lempuyangan 15 (sekarang Jl.Hayam Wuruk). Pembantu pendeta pada waktu itu ada 5 orang, salah seorang diantaranya adalah Sdr.The Kiem Koei (Raden Gideon Sutrisno).
Tahun 1931, Zs.M.A.Alt keluar dari ‘Pinkster Gemeente’ dan mendirikan Pinkster Zending.
Tahun 1932, Pdt.Thiesen keluar dari ‘Pinkster Gemeente’ dan mendirikan Pinkster Beweging yang kemudian dikenal dengan nama Gereja Gerakan Pantekosta.
Di tahun 1932 atau tahun 1933, suami istri Jim dan Faye Patterson mengikuti panggilan Tuhan untuk melayani firman yang hidup itu di daerah Sukabumi, Jawa Barat. Jim diberitakan memiliki pelayanan didalam pengajaran dari kakak tertuanya, W.W.Patterson dan mempunyai pengetahuan tentang bahasa melayu yang cukup. Dimusim bunga tahun 1935, Jim Patterson terkena penyakit TBC yang cukup gawat dan Rev.Offiler menginginkan untuk membawa mereka kembali kerumah mereka, tetapi kesehatan Jim semakin menurun. Jim mengatakan bahwa Ia lebih dekat ke surga dari tanah pelayanannya dari pada ke Seattle.
Tahun 1933 Tuhan mengutus Pdt A.E.Siwi (Ayah sdr.J.K.Siwi) untuk membawa Injil sepenuh ke Sumatra Selatan dan Propinsi Lampung. Pekerjaan Tuhan telah ditekuni dengan gigih. Tahun 1934 sdr.F.L.Tobing, Pdt.Lahinda, Pdt.W.K.Simanjuntak dan Pdt.Tampubolon datang untuk membantu pekerjaan Tuhan di Lampung. Untuk mengatur strategi perkembangan sdr.Pdt.A.E.Siwi memusatkan pelayanan di Palembang sedangkan pekerjaan Tuhan di Teluk Betung sejak 1937 diserahkan kepada Pdt.Hutagalung. Namun Pdt.Hutagalung pada tahun 1941 berangkat ke Nederland dan pekerjaan di Teluk Betung digembalakan oleh Pdt.Kana Sukono. Beliau seorang hamba Tuhan yang berdedikasi doa puasa untuk mempertahankan pekerjaan Tuhan sampai akhir hayat pada 11 Pebruari 1988. Kevacuman ini telah diisi oleh Majelis Pusat dengan menempatan Pdt.D.A.Supit sebagai gembala jemaat Bandar Lampung. Rupanya angin segar menimpa jemaat di Bandar Lampung dengan gembala baru bangkitlah semangat jemaat untuk membangun sebuah gereja yang cukup besar dan megah menghiasi kota Bandár Lampung. Kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Pdt.D.A.Supit Seperti pepatah berkata: Tempalah besi selagi panas.” Maka Pdt.D.A.Supit yang memang pernah merintis adanya Sekolah Alkitab Ternate, Iangsung mendorong jemaat untuk membangun Sekolah Alkitab Bandar Lampung. Maka dengan semangat menggebu-gebu jemaat membangun Bangunan Sekolah 3 tingkat yang megah.